![]() |
Copyright © 2020 - Eka Fitriani Larasati |
Banyak hal yang tentunya kita korbankan sebagai ibu untuk anak kita.
Jangan tanya soal waktu dan tenaga, itu pasti. Dan yang terberat dari semua
adalah, meninggalkan impian 😊 menjadi seorang Arsitektur Lanskap adalah impian saya yang dengan
terpaksa saya lepas layaknya melepaskan burung terbang bebas ke angkasa. Sedih, sesak di dada tak lagi bisa saya tahan dan hal itu membuat saya kehilangan harapan serta semangat. Tapi, saya tidak punya pilihan.
Begini ceritanya...
Tahun 2009, saya putuskan untuk meneruskan kuliah saya ke jenjang S1 (dulu lulus DIII) dan saya pilih jurusan Arsitektur lanskap. Bukan keputusan mudah untuk kembali kuliah saat usia saya hampir kepala tiga. Dari mulai masalah biaya, teman kuliah yang terpaut jauh usianya, dan waktu yang harus saya atur ulang agar saya bisa tetap bekerja. Untungnya, dosen mendukung keputusan saya dan berbaik hati mengatur jadwal agar saya bisa kuliah sambil bekerja.
Namun, dengan semakin padatnya mata kuliah dan kuliah lapangan, saya harus memilih pergi meninggalkan pekerjaan atau berhenti kuliah. Dilema yang terasa berat, sungguh. Karena pada satu sisi, saya masih butuh pekerjaan untuk menghidupi diri saya yang sudah tidak bergantung pada ibu saya. Dan di sisi lain, saya merasa telah menemukan impian yang ingin saya kejar..
Yaitu menjadi seorang Arsitektur Lanskap.
Bersyukur saya bertemu Dosen yang luar biasa baik, beliau rela merogoh kocek sendiri untuk membiayai kuliah saya selama satu semester dan mengijinkan saya bekerja menjadi drafter dan asistennya. Beliau rancang masa depan saya sedemikian rupa hingga saya tidak perlu khawatir soal lapangan kerja ataupun perusahaan yang mau menerima saya setelah saya lulus kuliah.
Dua tahun berselang, saya bertemu jodoh saya kemudian menikah, dan saya tetap melanjutkan kuliah saya dengan dukungan dari Suami untuk pilihan hidup saya. Kami bahagia, hingga pada satu waktu, saya hamil anak pertama yang kelak saya beri nama, Keenan 💕 Berhubung saya masih harus sidang dan bimbingan serta bolak-balik ke tempat penelitian, saya jadi usaha ekstra agar bisa menyelesaikan pendidikan. Jangan ditanya bagaimana susahnya. Karena sudah pasti, susah! Meski alhamdulillah, Suami selalu setia siap sedia temani saya ke manapun tujuan saya.
Dari sekian banyak momen yang saya lewatkan ketika saya berusaha menyelesaikan pendidikan saya, ada kejadian naas tapi lucu sempat terjadi pada saya. Saat itu, sedang musim hujan, jadi saya kehujanan waktu pulang bimbingan. Padahal saya sudah siapkan jas hujan, namun hujan turun begitu derasnya sudah seperti badai topan, dan malangnya, perempatan GedeBage banjir menyebabkan motor kami mogok dan Suami terpaksa mendorong motor melewati batas banjir yang tingginya sampai selutut dari perempatan GedeBage ke pasar.
Saya ikuti pelan-pelan dari belakang sambil baca solawat takut terpeleset, ditambah kawatir bayi di perut saya yang memasuki usia delapan bulan ini kenapa-napa. Sayangnya, karena saya jalan terlalu hati-hati dan lamban, saya jadi tertinggal jauh dari Suami yang membuat saya kemudian berusaha mengejarnya ~ Hingga di tengah jalan...... tiba-tiba saya jatuh! Terperosok! Masuk got! Sebab saya tidak melihat adanya got yang tertutup banjir di sana.
Semua orang yang melihat saya jatuh langsung menolong saya yang berusaha bangkit sambil berurai air mata. Saya tidak bisa lihat di mana Suami saya dan saya kawatir sesuatu terjadi pada calon bayi saya. Seorang bapak bertanya, "Bu, nggak apa-apa? Suami Ibu mana?" saya bingung, "Suami saya? Eng.. suami saya mana, Pak?" saya justru balik tanya sambil menangis kesakitan.
Bapak yang bertanya tambah bingung, namun berusaha fokus bantu saya berjalan sampai tepi jalan raya yang tidak tergenang banjir. Dan di ujung jalan, tiba-tiba saya lihat sosok suami saya berlari layaknya scene film AADC. Sambil menangis saya berteriak, "Babaaah.... Babahh!" teriak saya. Suami kaget melihat saya dan bertanya, "Ndaaaa, tadi ke mana? Aku Cari kamu. Aku takut kamu kenapa-napa, Nda. Kamu nggak apa-apa, kan?" tanyanya dengan penuh kekhawatiran.
"Tadi aku jatuh ke selokan. Aku nggak lihat. Aku takut!" jawab saya menangis sesenggukan. Dan Suami pun memeluk saya sambil berkata, "Ya Allah! Maaf yaaa, kamu sampai ketinggalan. Maaf aku belum bisa belikan mobil. Maaf yaa.... sudah jangan menangis lagi."
Kamipun pulang ke rumah sambil mendorong motor sejauh 5 KM!! Tentu saja, buat saya, hari itu luar biasa naas, meski sekarang kalau dipikir lucu juga. Karena ketika saya mengingat momen itu, saya merasa sungguh teramat besar perjuangan saya untuk tetap meneruskan kuliah.
Melahirkan Keenan
Malam itu saya resah. Perut saya tak enak dan saya sulit tidur karena saya merasa sakit perut berkepanjangan. Ibu bilang saya akan melahirkan. Karena itu, esok harinya kami putuskan pergi ke bidan, dan setelah cek, saya sudah pembukaan satu ternyata. Kami pulang dan menunggu hingga akhirnya pukul sepuluh pagi, saya rasakan sakit perut yang semakin hebat. Tidak kuat, saya pun meminta Suami antar saya ke bidan dan berpesan padanya untuk menunggu saya melahirkan ~ Dengan gerak cepat Suami ambil motor dan mengantar saya.
Lucunya, ditengah jalan sedang ada razia motor, dan kami kebetulan tidak memakai helm, alhasil kami diberhentikan oleh Pak Polisi yang bertugas, "Selamat siang, maaf Bapak saya tilang karena tidak pakai helm." sapa Pak Polisi yang dijawab oleh Suami saya, "Aduuhhh, Pak! Maaf istri saya ini mau melahirkaaaan!" -- yang direspon oleh Pak Polisi dengan wajah paniknya, "Oh.. Aduh.. baik, Pak! Maaf kalau begitu, ayo cepat segera ke rumah sakit. Hati-hati di jalan."
Dua belas jam berlalu, saya tetap pada bukaan satu. Bidan saya akhirnya memutuskan induksi agar bukaan saya cepat naik. Iya sih, jadi cepet naik, namun terlalu cepatnya, saya jadi tidak bisa tahan sakit. Hingga enam jam kemudian, saya berhasil bukaan sepuluh dan bersiap melahirkan.
Rasanya? Sakit banget, Buuu! Saya sangat tidak tahan dan berteriak layaknya orang gila. Padahal saya sudah komat kamit baca doa dan solawat. Tapi tetap saja saya tidak kuat menahannya. Sampai-sampai Suami babak belur karena badannya saya cubit dan rambutnya saya jambak. Long story short, alhamdulillah, Keenan lahir dengan selamat, sehat dan sempurna. Saya tentu sangat bahagia..... Tapi terlepas dari rasa bahagia yang ada, saya mengalami Ruptur stadium empat yaitu tingkatan tertinggi dalam ruptur perineum setelah melahirkan.
Robekan ini memanjang hingga ke dinding rektum, dimana jalan lahir sobek parah sampai anus yang berpotensi menyebabkan disfungsi dasar panggul dan saluran pencernaan. Hal itu jelas membuat bidan saya menyerah dan membawa saya ke rumah sakit agar saya bisa operasi bius total. Semua berjalan cepat, proses operasi lancar, namun tidak dengan proses pembayaran ~ Karena total biaya yang perlu dibayar menyentuh angka lima belas juta rupiah!
Suami shooock dan menangis di depan saya setelah saya siuman. Kami tidak punya tabungan banyak, dan kami hanya pegang lima juta untuk persalinan. Itupun habis untuk bayar bidan. Ingin rasanya saya meminta bantuan pada ibu saya, tapi tiba-tiba saya ingat kalau beliau masih menanggung biaya kuliah adik saya ~ Lalu saya ingat ayah, saya coba telpon namun panggilan saya tak dijawab. Orang tua saya bercerai, dan suasana ini membuat hati saya merana.
Saya terdiam, memikirkan alternatif yang ada. Saya lihat, Suami berusaha menelpon ke sana ke mari mencari pinjaman, tapi semua gagal. Sampai akhirnya saya putuskan satu hal yang saya tau itu akan membuat saya terpukul dan sedih teramat sangat ~ Suami yang masih berusaha keras datang menghampiri saya. Melihat Suami saya kebingungan, akhirnya saya angkat bicara, "Bah, pakai saja uang buat sidang dan wisudaku." ucap saya.
"Hah? Apa, Ndaa? Pakai uang kuliah, Ndaa?" tanya Pak Suami kaget.
"Iyaa....." jawab saya sambil menangis.
"Tapi, Ndaa.." Suami saya tidak bisa berkata apa-apa dan saya hanya bisa menguatkan, "Nggak apa-apa Baaah, aku ikhlas." ujar saya sambil menahan air mata. Lalu kami saling pandang dan berpelukan. Yaaaa Allah, sesungguhnya aku sedih dan bingung, namun tak ada pilihan.
Keputusan Akhir
Inilah momen dimana saya harus rela melepas impian terbesar saya demi kesembuhan saya setelah melahirkan Keenan. Sedih? Tentu sajaaa. Kecewa? Tidak. Saya merasa mungkin menjadi Arsitek Lanskap bukan jodoh saya, dan mungkin Allah mau mengantar saya menuju impian lain dan menyiapkan saya untuk rencana lebih besar. Wallahualam.
Walau kalau boleh jujur, terkadang saya sedih setiap kali Dosen saya yang baik hati telpon untuk tanya kabar dan memberi saya semangat agar mau meneruskan kuliah. Tapi dengan berat hati saya menolak dengan alasan anak tidak ada yang menjaga. Padahal, sesungguhnya bukan itu alasannya. Sebab pada kenyataannya, saya ingin teruskan pendidikan saya hanya saja situasi finansial kami masih belum stabil, dimana usaha Suami juga baru dirintis sementara kebutuhan rumah tangga dan bayi selalu muncul tak berkesudahan setiap harinya.
Dan saya tidak punya pilihan selain melepas impian.
Bagi saya, Allah itu Maha Baik dan Penyayang. Seiring berjalan waktu, saya bisa temukan impian baru menjadi illustrator dan penulis Blog. Iya, saya tetap meneruskan hobi menggambar saya hingga berbuah manis yaitu dipinang salah satu clothing line di Bandung dan menjadi illustrator mereka selama hampir lima tahun lamanya. Saya juga kembali menulis dan memutuskan untuk menjadi Blogger. Akhirnya, di sinilah passion saya berlabuh.
Entah ada rencana besar apa yang Allah siapkan untuk saya. Apapun itu, saya tetap bersyukur. Karena melalui tulisan, saya bisa bertemu banyak relasi dan kawan untuk saling menginspirasi dan menguatkan, dan yang utama saling dukung satu sama lainnya ~ Dan untuk yang satu ini, saya tidak bisa berhenti bersyukur pada Allah sang pemilik segala keputusan.
Pelajaran berharga yang saya petik dari setiap momen hidup saya adalah kadang, rencana yang dirancang sedemikan rupa dan dengan sempurna pada akhirnya akan selalu ada kemungkinan tidak tercapai dan berantakan ~ Terkesan tidak adil memang, tapi rencana Allah lebih besar dan hebat dari rencana kita manusia. Jadi, tidak apa akhirnya saya tidak menjadi Arsitek Lanskap. Karena sekarang saya bisa menjadi "arsitek" untuk masa depan anak-anak saya.
Begini ceritanya...
Tahun 2009, saya putuskan untuk meneruskan kuliah saya ke jenjang S1 (dulu lulus DIII) dan saya pilih jurusan Arsitektur lanskap. Bukan keputusan mudah untuk kembali kuliah saat usia saya hampir kepala tiga. Dari mulai masalah biaya, teman kuliah yang terpaut jauh usianya, dan waktu yang harus saya atur ulang agar saya bisa tetap bekerja. Untungnya, dosen mendukung keputusan saya dan berbaik hati mengatur jadwal agar saya bisa kuliah sambil bekerja.
Namun, dengan semakin padatnya mata kuliah dan kuliah lapangan, saya harus memilih pergi meninggalkan pekerjaan atau berhenti kuliah. Dilema yang terasa berat, sungguh. Karena pada satu sisi, saya masih butuh pekerjaan untuk menghidupi diri saya yang sudah tidak bergantung pada ibu saya. Dan di sisi lain, saya merasa telah menemukan impian yang ingin saya kejar..
Yaitu menjadi seorang Arsitektur Lanskap.
Bersyukur saya bertemu Dosen yang luar biasa baik, beliau rela merogoh kocek sendiri untuk membiayai kuliah saya selama satu semester dan mengijinkan saya bekerja menjadi drafter dan asistennya. Beliau rancang masa depan saya sedemikian rupa hingga saya tidak perlu khawatir soal lapangan kerja ataupun perusahaan yang mau menerima saya setelah saya lulus kuliah.
🐰🐰🐰
Dua tahun berselang, saya bertemu jodoh saya kemudian menikah, dan saya tetap melanjutkan kuliah saya dengan dukungan dari Suami untuk pilihan hidup saya. Kami bahagia, hingga pada satu waktu, saya hamil anak pertama yang kelak saya beri nama, Keenan 💕 Berhubung saya masih harus sidang dan bimbingan serta bolak-balik ke tempat penelitian, saya jadi usaha ekstra agar bisa menyelesaikan pendidikan. Jangan ditanya bagaimana susahnya. Karena sudah pasti, susah! Meski alhamdulillah, Suami selalu setia siap sedia temani saya ke manapun tujuan saya.
Dari sekian banyak momen yang saya lewatkan ketika saya berusaha menyelesaikan pendidikan saya, ada kejadian naas tapi lucu sempat terjadi pada saya. Saat itu, sedang musim hujan, jadi saya kehujanan waktu pulang bimbingan. Padahal saya sudah siapkan jas hujan, namun hujan turun begitu derasnya sudah seperti badai topan, dan malangnya, perempatan GedeBage banjir menyebabkan motor kami mogok dan Suami terpaksa mendorong motor melewati batas banjir yang tingginya sampai selutut dari perempatan GedeBage ke pasar.
Saya ikuti pelan-pelan dari belakang sambil baca solawat takut terpeleset, ditambah kawatir bayi di perut saya yang memasuki usia delapan bulan ini kenapa-napa. Sayangnya, karena saya jalan terlalu hati-hati dan lamban, saya jadi tertinggal jauh dari Suami yang membuat saya kemudian berusaha mengejarnya ~ Hingga di tengah jalan...... tiba-tiba saya jatuh! Terperosok! Masuk got! Sebab saya tidak melihat adanya got yang tertutup banjir di sana.
Semua orang yang melihat saya jatuh langsung menolong saya yang berusaha bangkit sambil berurai air mata. Saya tidak bisa lihat di mana Suami saya dan saya kawatir sesuatu terjadi pada calon bayi saya. Seorang bapak bertanya, "Bu, nggak apa-apa? Suami Ibu mana?" saya bingung, "Suami saya? Eng.. suami saya mana, Pak?" saya justru balik tanya sambil menangis kesakitan.
Bapak yang bertanya tambah bingung, namun berusaha fokus bantu saya berjalan sampai tepi jalan raya yang tidak tergenang banjir. Dan di ujung jalan, tiba-tiba saya lihat sosok suami saya berlari layaknya scene film AADC. Sambil menangis saya berteriak, "Babaaah.... Babahh!" teriak saya. Suami kaget melihat saya dan bertanya, "Ndaaaa, tadi ke mana? Aku Cari kamu. Aku takut kamu kenapa-napa, Nda. Kamu nggak apa-apa, kan?" tanyanya dengan penuh kekhawatiran.
"Tadi aku jatuh ke selokan. Aku nggak lihat. Aku takut!" jawab saya menangis sesenggukan. Dan Suami pun memeluk saya sambil berkata, "Ya Allah! Maaf yaaa, kamu sampai ketinggalan. Maaf aku belum bisa belikan mobil. Maaf yaa.... sudah jangan menangis lagi."
Kamipun pulang ke rumah sambil mendorong motor sejauh 5 KM!! Tentu saja, buat saya, hari itu luar biasa naas, meski sekarang kalau dipikir lucu juga. Karena ketika saya mengingat momen itu, saya merasa sungguh teramat besar perjuangan saya untuk tetap meneruskan kuliah.
🐰🐰🐰
Melahirkan Keenan
Malam itu saya resah. Perut saya tak enak dan saya sulit tidur karena saya merasa sakit perut berkepanjangan. Ibu bilang saya akan melahirkan. Karena itu, esok harinya kami putuskan pergi ke bidan, dan setelah cek, saya sudah pembukaan satu ternyata. Kami pulang dan menunggu hingga akhirnya pukul sepuluh pagi, saya rasakan sakit perut yang semakin hebat. Tidak kuat, saya pun meminta Suami antar saya ke bidan dan berpesan padanya untuk menunggu saya melahirkan ~ Dengan gerak cepat Suami ambil motor dan mengantar saya.
Lucunya, ditengah jalan sedang ada razia motor, dan kami kebetulan tidak memakai helm, alhasil kami diberhentikan oleh Pak Polisi yang bertugas, "Selamat siang, maaf Bapak saya tilang karena tidak pakai helm." sapa Pak Polisi yang dijawab oleh Suami saya, "Aduuhhh, Pak! Maaf istri saya ini mau melahirkaaaan!" -- yang direspon oleh Pak Polisi dengan wajah paniknya, "Oh.. Aduh.. baik, Pak! Maaf kalau begitu, ayo cepat segera ke rumah sakit. Hati-hati di jalan."
🐰🐰🐰
Dua belas jam berlalu, saya tetap pada bukaan satu. Bidan saya akhirnya memutuskan induksi agar bukaan saya cepat naik. Iya sih, jadi cepet naik, namun terlalu cepatnya, saya jadi tidak bisa tahan sakit. Hingga enam jam kemudian, saya berhasil bukaan sepuluh dan bersiap melahirkan.
Rasanya? Sakit banget, Buuu! Saya sangat tidak tahan dan berteriak layaknya orang gila. Padahal saya sudah komat kamit baca doa dan solawat. Tapi tetap saja saya tidak kuat menahannya. Sampai-sampai Suami babak belur karena badannya saya cubit dan rambutnya saya jambak. Long story short, alhamdulillah, Keenan lahir dengan selamat, sehat dan sempurna. Saya tentu sangat bahagia..... Tapi terlepas dari rasa bahagia yang ada, saya mengalami Ruptur stadium empat yaitu tingkatan tertinggi dalam ruptur perineum setelah melahirkan.
Robekan ini memanjang hingga ke dinding rektum, dimana jalan lahir sobek parah sampai anus yang berpotensi menyebabkan disfungsi dasar panggul dan saluran pencernaan. Hal itu jelas membuat bidan saya menyerah dan membawa saya ke rumah sakit agar saya bisa operasi bius total. Semua berjalan cepat, proses operasi lancar, namun tidak dengan proses pembayaran ~ Karena total biaya yang perlu dibayar menyentuh angka lima belas juta rupiah!
Suami shooock dan menangis di depan saya setelah saya siuman. Kami tidak punya tabungan banyak, dan kami hanya pegang lima juta untuk persalinan. Itupun habis untuk bayar bidan. Ingin rasanya saya meminta bantuan pada ibu saya, tapi tiba-tiba saya ingat kalau beliau masih menanggung biaya kuliah adik saya ~ Lalu saya ingat ayah, saya coba telpon namun panggilan saya tak dijawab. Orang tua saya bercerai, dan suasana ini membuat hati saya merana.
Saya terdiam, memikirkan alternatif yang ada. Saya lihat, Suami berusaha menelpon ke sana ke mari mencari pinjaman, tapi semua gagal. Sampai akhirnya saya putuskan satu hal yang saya tau itu akan membuat saya terpukul dan sedih teramat sangat ~ Suami yang masih berusaha keras datang menghampiri saya. Melihat Suami saya kebingungan, akhirnya saya angkat bicara, "Bah, pakai saja uang buat sidang dan wisudaku." ucap saya.
"Hah? Apa, Ndaa? Pakai uang kuliah, Ndaa?" tanya Pak Suami kaget.
"Iyaa....." jawab saya sambil menangis.
"Tapi, Ndaa.." Suami saya tidak bisa berkata apa-apa dan saya hanya bisa menguatkan, "Nggak apa-apa Baaah, aku ikhlas." ujar saya sambil menahan air mata. Lalu kami saling pandang dan berpelukan. Yaaaa Allah, sesungguhnya aku sedih dan bingung, namun tak ada pilihan.
🐰🐰🐰
Keputusan Akhir
Inilah momen dimana saya harus rela melepas impian terbesar saya demi kesembuhan saya setelah melahirkan Keenan. Sedih? Tentu sajaaa. Kecewa? Tidak. Saya merasa mungkin menjadi Arsitek Lanskap bukan jodoh saya, dan mungkin Allah mau mengantar saya menuju impian lain dan menyiapkan saya untuk rencana lebih besar. Wallahualam.
Walau kalau boleh jujur, terkadang saya sedih setiap kali Dosen saya yang baik hati telpon untuk tanya kabar dan memberi saya semangat agar mau meneruskan kuliah. Tapi dengan berat hati saya menolak dengan alasan anak tidak ada yang menjaga. Padahal, sesungguhnya bukan itu alasannya. Sebab pada kenyataannya, saya ingin teruskan pendidikan saya hanya saja situasi finansial kami masih belum stabil, dimana usaha Suami juga baru dirintis sementara kebutuhan rumah tangga dan bayi selalu muncul tak berkesudahan setiap harinya.
Dan saya tidak punya pilihan selain melepas impian.
🐰🐰🐰
Bagi saya, Allah itu Maha Baik dan Penyayang. Seiring berjalan waktu, saya bisa temukan impian baru menjadi illustrator dan penulis Blog. Iya, saya tetap meneruskan hobi menggambar saya hingga berbuah manis yaitu dipinang salah satu clothing line di Bandung dan menjadi illustrator mereka selama hampir lima tahun lamanya. Saya juga kembali menulis dan memutuskan untuk menjadi Blogger. Akhirnya, di sinilah passion saya berlabuh.
Entah ada rencana besar apa yang Allah siapkan untuk saya. Apapun itu, saya tetap bersyukur. Karena melalui tulisan, saya bisa bertemu banyak relasi dan kawan untuk saling menginspirasi dan menguatkan, dan yang utama saling dukung satu sama lainnya ~ Dan untuk yang satu ini, saya tidak bisa berhenti bersyukur pada Allah sang pemilik segala keputusan.
Pelajaran berharga yang saya petik dari setiap momen hidup saya adalah kadang, rencana yang dirancang sedemikan rupa dan dengan sempurna pada akhirnya akan selalu ada kemungkinan tidak tercapai dan berantakan ~ Terkesan tidak adil memang, tapi rencana Allah lebih besar dan hebat dari rencana kita manusia. Jadi, tidak apa akhirnya saya tidak menjadi Arsitek Lanskap. Karena sekarang saya bisa menjadi "arsitek" untuk masa depan anak-anak saya.
There are many things that we sacrifice as mothers for our kids, and it's not only about times or efforts, but also about our dream, which sometime, we need to leave it behind our back. Well, become a Landscape Architect is my biggest dream and I got forced to give up on it. It was sad. I no longer can tolerated the pain ~ I lose hope and enthusiasm. But, I have no choice...
And this is how the story began.
In 2009, I decided to continue my bachelor degree (previously I graduated from Diploma) and I chose Landscape Architecture as my major. It was not an easy decision to go back to college when I was nearly 30 years old. Because of some problems related to the costs, college friends whose age is younger than me, and the time I have to manage so I can continue working while studying. Fortunately, my lecturers were very supportive of my decision and were kind enough to arrange my class schedule so that I could study while works.
However, with the increased courses, I finally had to choose between leave my job or quit study. A very heavy dilemma. Because I need a job to support myself, and I can't depend on my mother anymore. And on the other hand, I feel like I've found the dream and career that I want, which is to become a Landscape Architect. On top of that, I'm grateful because my lecturer who is kind, she was spent her own money to pay my tuition fee for one semester and allow me to work with her as a lecturer assistant and drafter. She also designed my future career in such a way that I no longer have to worry about jobs or companies after I graduate from college.
Two years later, I met my soul mate and got married, and I continued my study plans with one hundred percent support from husband. And one day, I got pregnant with our first kid, Keenan. And since I still had a thesis trial and guidance, as well as going back and forth to the research site, I became extra hard to finish my education. Don't ask me about how hard it was. Because the answer is really hard! But thank God, my husband always accompany me wherever I want.
And from so many moments passed when I was trying to finish my education, there was one funny but unfortunate incident which had happened to me. At that time, it was rainy season and I got caught in the rain when I just on my way to home after finished my schedules. And though I had prepared a raincoat, unfortunately the rain was too heavy, and it felt like a hurricane, so, it made GedeBage intersection was flooded. As a result, our motorbike broken and my husband was forced to push the motorbike beyond the flood limit (around knee-deep).
I followed him slowly from behind while praying because I was afraid what if I got slipped, plus I was worried something will happen to the baby in my belly who just entered eight months. But because I walked too carefully, I was left far behind my husband, so I tried to walk faster. Until in the middle of road.... I suddenly fell! Because I didn't see any ditchs which got covered by flood.
Everyone who saw me fell immediately helped me, and I was trying to get up while in tears. I couldn't see where my husband and I was afraid something will happen to my baby. A man asked me, "Are you okay? Where's your husband?" -- I confused and only answer, "My husband? Engggg... where is my husband, sir?" I ended up asked him back while crying in pain.
A man who asked became more confused, but he chose to focus on help me walk to the edge of highway which was not flooded. And when I just arrived, I saw my husband who was running like a movie scene. While crying I shouted, "Babah.... Babahh!" I keep shouted and he was surprised, "Ndaa, I was looking for you. I was afraid something happen to you. You are okay, right?"
"I fell into a ditch. I can't see it. I'm scared!" I replied. And my husband hugged me, "Oh, Goood! Sorry, it happens to you. Sorry I couldn't buy a car yet. Sorry, please don't cry anymore. Please."
We then went home while pushing our motorbike, which was almost 5 KM away! Of course, to me, that day was really worst slash unlucky day, though when I think about it now, I launghing hard because it's funny. And when I remember those moment, I became proud to myself who keep trying hard to continue my study while I was pregnant.
Gave birth to Keenan
That night I was restless. I couldn't slept because I had stomach pain. My Mom said I will gave birth soon. Because of that, the next day we decided to go to midwife, and after checked my condition, she said I already at level one. We rushed back home and waited at home until ten o'clock in the morning, my stomachache was getting worse. So, I asked my husband to hurry up take me to the midwife and tell him to wait me until I gave birth.
The funny thing is, there was Police who stopped many motorbikes which breaking rules, and we happened to be not wear helmets. As a result, we were stopped by the police, "Good afternoon sir, sorry sir, you breaking the rules for not wearing a helmet." said the police officer to which my husband answered, "Sorry sir, my wife is about to give birth!" -- which made the police panicked. "Oooh... okay, sir! Sorry then, let's hurry to the hospital. Be careful on your way."
Twelve hours passed, I was still at level one. Midwife decided to give me induction so that my opening level went up. And yes, it went up fast, but it was too fast, so I couldn't endure the pain. Up to six hours later, I finally made it at level ten and prepared to give birth.
If you wanna know how it taste? Well, it hurts! I couldn't stand it and screamed like crazeey. Even though I kept praying, but I still couldn't stand it. To the point that my husband was completely hurt because I pinched his body and grabbed his hair ~ And long story short, thank God, Keenan was born safe and healthy. I'm happy. However, despite my happiness, it turned out I had stage four rupture, the highest level of perineal rupture after delivery the baby.
This tear extends to the wall of rectum, where the birth canal is torn severely into the anus which can potentially cause broken pelvic and gastrointestinal dysfunction. This made midwife gave up and took me to hospital so I could get surgery under general anesthesia ~ Everything went fast, the surgery was smooth, but the payment was not done.
Because the cost I need to pay was fifteen million rupiah!
My husband went into shock and cried in front of me after I woke up. We don't have money, because we only prepare five million for childbirth and it was used up to pay midwife. At that time, I wanted to ask my Mom for help, but I remembered she still covered brother's tuition fees. And I tried to call my Dad (my parents were divorced) but after half an hour of calling, my calls were not answered by Dad. And yeah, those moments made me feel really sad.
I was silent, tried to think all kinds of alternative solutions that I have. I saw my husband also tried to call here and there, but failed. Until, I decided one thing that I knew it would made me feel devastated. My husband, who was still try hard, came to me. Seeing my husband face, I finally spoke up, "Bah, just use my tuition money for my thesis defence and graduation." I said.
"Huh? What? Use tuition money?" my husband asked in shock.
"Yes....." I replied while crying.
"But......" my husband could not say anything and the only thing I can do is to give him strength, "It's okay Bah, I sincerely wanna use the money to pay the hospital." I said while keep trying to hold back my tears. We looked at each other and hugged. Oh God, I am sad and confused.
Final decision
This was the moment where I have to let my biggest dream go for my recovery fees after gave birth to Keenan. Am I sad? Of course. Am I disappointed? Not. Maybe I cannot be a Landscape Architect, and maybe God wants to take me to another dream and prepare me for His beautiful and bigger plan. God knows best. Though if I need to be honest, I felt sad every time my kind lecturer calls me to ask how I'm doing and encourage me to continue study.
But with a heavy heart, I always refused her with the reason that no one can caring my kid. And in fact, it is not my real reason. Because in reality, I want to continue my study, however, I know, our financial situation is unstable, and my husband's business is still new while the needs of babies and households are always need to pay every day.
So, I have no choice but to give up my dream.
For me, God is good and merciful. As time went by, I'm able to find new dreams to become an illustrator and a writer. Yeaaah, I continue hobby to draw until it paid off, and I got offered from a clothing line in Bandung which I became their illustrator for almost five years. I also returned to my other hobby -- writing on Blog. And I decided to become a Blogger.
Finally, this is where my passion comes 😊 I don't know what big plans God has prepared for me. Whatever it is, I'm still grateful. Because through writing, I can meet many new friends who inspire me and most importantly, we can support each other.
Albeit for this one, I can't stop thanking God, the owner of all decisions. The valuable lesson I learned from every moment in my life is that sometime, our plan which we designed in such a perfect way, still can have a possibility to become messed up. And it may seem unfair, but God's plan is bigger and more powerful than human plan. So for me, it's okay to end up not becoming a Landscape Architect. Because now I became "the architect" of my children's future.
And this is how the story began.
In 2009, I decided to continue my bachelor degree (previously I graduated from Diploma) and I chose Landscape Architecture as my major. It was not an easy decision to go back to college when I was nearly 30 years old. Because of some problems related to the costs, college friends whose age is younger than me, and the time I have to manage so I can continue working while studying. Fortunately, my lecturers were very supportive of my decision and were kind enough to arrange my class schedule so that I could study while works.
However, with the increased courses, I finally had to choose between leave my job or quit study. A very heavy dilemma. Because I need a job to support myself, and I can't depend on my mother anymore. And on the other hand, I feel like I've found the dream and career that I want, which is to become a Landscape Architect. On top of that, I'm grateful because my lecturer who is kind, she was spent her own money to pay my tuition fee for one semester and allow me to work with her as a lecturer assistant and drafter. She also designed my future career in such a way that I no longer have to worry about jobs or companies after I graduate from college.
🐰🐰🐰
Two years later, I met my soul mate and got married, and I continued my study plans with one hundred percent support from husband. And one day, I got pregnant with our first kid, Keenan. And since I still had a thesis trial and guidance, as well as going back and forth to the research site, I became extra hard to finish my education. Don't ask me about how hard it was. Because the answer is really hard! But thank God, my husband always accompany me wherever I want.
And from so many moments passed when I was trying to finish my education, there was one funny but unfortunate incident which had happened to me. At that time, it was rainy season and I got caught in the rain when I just on my way to home after finished my schedules. And though I had prepared a raincoat, unfortunately the rain was too heavy, and it felt like a hurricane, so, it made GedeBage intersection was flooded. As a result, our motorbike broken and my husband was forced to push the motorbike beyond the flood limit (around knee-deep).
I followed him slowly from behind while praying because I was afraid what if I got slipped, plus I was worried something will happen to the baby in my belly who just entered eight months. But because I walked too carefully, I was left far behind my husband, so I tried to walk faster. Until in the middle of road.... I suddenly fell! Because I didn't see any ditchs which got covered by flood.
Everyone who saw me fell immediately helped me, and I was trying to get up while in tears. I couldn't see where my husband and I was afraid something will happen to my baby. A man asked me, "Are you okay? Where's your husband?" -- I confused and only answer, "My husband? Engggg... where is my husband, sir?" I ended up asked him back while crying in pain.
A man who asked became more confused, but he chose to focus on help me walk to the edge of highway which was not flooded. And when I just arrived, I saw my husband who was running like a movie scene. While crying I shouted, "Babah.... Babahh!" I keep shouted and he was surprised, "Ndaa, I was looking for you. I was afraid something happen to you. You are okay, right?"
"I fell into a ditch. I can't see it. I'm scared!" I replied. And my husband hugged me, "Oh, Goood! Sorry, it happens to you. Sorry I couldn't buy a car yet. Sorry, please don't cry anymore. Please."
We then went home while pushing our motorbike, which was almost 5 KM away! Of course, to me, that day was really worst slash unlucky day, though when I think about it now, I launghing hard because it's funny. And when I remember those moment, I became proud to myself who keep trying hard to continue my study while I was pregnant.
🐰🐰🐰
Gave birth to Keenan
That night I was restless. I couldn't slept because I had stomach pain. My Mom said I will gave birth soon. Because of that, the next day we decided to go to midwife, and after checked my condition, she said I already at level one. We rushed back home and waited at home until ten o'clock in the morning, my stomachache was getting worse. So, I asked my husband to hurry up take me to the midwife and tell him to wait me until I gave birth.
The funny thing is, there was Police who stopped many motorbikes which breaking rules, and we happened to be not wear helmets. As a result, we were stopped by the police, "Good afternoon sir, sorry sir, you breaking the rules for not wearing a helmet." said the police officer to which my husband answered, "Sorry sir, my wife is about to give birth!" -- which made the police panicked. "Oooh... okay, sir! Sorry then, let's hurry to the hospital. Be careful on your way."
🐰🐰🐰
Twelve hours passed, I was still at level one. Midwife decided to give me induction so that my opening level went up. And yes, it went up fast, but it was too fast, so I couldn't endure the pain. Up to six hours later, I finally made it at level ten and prepared to give birth.
If you wanna know how it taste? Well, it hurts! I couldn't stand it and screamed like crazeey. Even though I kept praying, but I still couldn't stand it. To the point that my husband was completely hurt because I pinched his body and grabbed his hair ~ And long story short, thank God, Keenan was born safe and healthy. I'm happy. However, despite my happiness, it turned out I had stage four rupture, the highest level of perineal rupture after delivery the baby.
This tear extends to the wall of rectum, where the birth canal is torn severely into the anus which can potentially cause broken pelvic and gastrointestinal dysfunction. This made midwife gave up and took me to hospital so I could get surgery under general anesthesia ~ Everything went fast, the surgery was smooth, but the payment was not done.
Because the cost I need to pay was fifteen million rupiah!
My husband went into shock and cried in front of me after I woke up. We don't have money, because we only prepare five million for childbirth and it was used up to pay midwife. At that time, I wanted to ask my Mom for help, but I remembered she still covered brother's tuition fees. And I tried to call my Dad (my parents were divorced) but after half an hour of calling, my calls were not answered by Dad. And yeah, those moments made me feel really sad.
I was silent, tried to think all kinds of alternative solutions that I have. I saw my husband also tried to call here and there, but failed. Until, I decided one thing that I knew it would made me feel devastated. My husband, who was still try hard, came to me. Seeing my husband face, I finally spoke up, "Bah, just use my tuition money for my thesis defence and graduation." I said.
"Huh? What? Use tuition money?" my husband asked in shock.
"Yes....." I replied while crying.
"But......" my husband could not say anything and the only thing I can do is to give him strength, "It's okay Bah, I sincerely wanna use the money to pay the hospital." I said while keep trying to hold back my tears. We looked at each other and hugged. Oh God, I am sad and confused.
🐰🐰🐰
Final decision
This was the moment where I have to let my biggest dream go for my recovery fees after gave birth to Keenan. Am I sad? Of course. Am I disappointed? Not. Maybe I cannot be a Landscape Architect, and maybe God wants to take me to another dream and prepare me for His beautiful and bigger plan. God knows best. Though if I need to be honest, I felt sad every time my kind lecturer calls me to ask how I'm doing and encourage me to continue study.
But with a heavy heart, I always refused her with the reason that no one can caring my kid. And in fact, it is not my real reason. Because in reality, I want to continue my study, however, I know, our financial situation is unstable, and my husband's business is still new while the needs of babies and households are always need to pay every day.
So, I have no choice but to give up my dream.
🐰🐰🐰
For me, God is good and merciful. As time went by, I'm able to find new dreams to become an illustrator and a writer. Yeaaah, I continue hobby to draw until it paid off, and I got offered from a clothing line in Bandung which I became their illustrator for almost five years. I also returned to my other hobby -- writing on Blog. And I decided to become a Blogger.
Finally, this is where my passion comes 😊 I don't know what big plans God has prepared for me. Whatever it is, I'm still grateful. Because through writing, I can meet many new friends who inspire me and most importantly, we can support each other.
Albeit for this one, I can't stop thanking God, the owner of all decisions. The valuable lesson I learned from every moment in my life is that sometime, our plan which we designed in such a perfect way, still can have a possibility to become messed up. And it may seem unfair, but God's plan is bigger and more powerful than human plan. So for me, it's okay to end up not becoming a Landscape Architect. Because now I became "the architect" of my children's future.
엄마로써 아이에게 희생하는 부분은 시간이나 노력 뿐만 아니라 가끔은 꿈조차 뒤로해야할 때도 있어요. 음 어쨌든 조경사는 제 가장 큰 꿈이었고 포기해야만 했어요. 슬펐죠. 더이상 고통을 참을수가 없었어요 ~ 희망과 열정을 잃었어요. 하지만 선택의 여지가 없었고 이야기는 여기서 부터 시작되요.
2009년 저는 학사 학위를 계속 하기로 결정했고(이전에는 Diploma를 졸업했어요) 조경 건축을 전공으로 선택했어요 ~ 30세가 거의 다된 저에게 대학으로 돌아가는건 쉬운 결정은 아니었어요. 비용, 너무 어린 학교 친구들, 일하면서 시간조율 등의 문제 때문에요. 운좋게 교수님들은 제 결정을 매우 지지해주셨고 일하면서 공부 할 수 있도록 수업 일정을 정해주실 만큼 친절하셨어요.
하지만 과정들이 늘어나면서 일이냐 공부냐 선택을 해야만 해서 심각한 딜레마에 빠졌어요. 엄마에게 더이상 의지할 수 없기 때문에 살아가려면 직업이 필요했고 다른 한쪽은 조경사가 되서 원하는 꿈과 직업을 찾은 것 같은 느낌이 든다는 거였요.
게다가 교수님이 친절하시고 한학기 등록금을 내주시고 조교르 함께할 수 있게 해주셔서 감사했어요. 또한 제가 졸업 후 직업이나 회사에 대해서 걱정할 필요가 없도록 커리어를 설계해주셨어요.
2년 뒤, 저는 소울메이트를 만났고 결혼했어요. 그리고 100퍼센트 신랑의 지원으로 공부를 계속했어요. 그러던 어느날 첫째아이 Keenan을 임신했어요. 하지만 아직 논문 시험과 수업이 있었고 연구실을 오가느라 공부를 마치기가 엄청나게 어려워졌어요. 얼마나 힘들었었는지 묻지는 말아주세요. 왜냐면 대답은 정말 힘들었거든요! 하지만 감사하게도 제 남편은 항상 제가 원하는 곳에 함께해줬어요.
그리고 시간이 지나 교육을 마치려는 시기에 불행하지만 재밌는일이 일어났어요. 그 때는 비가오는 시즌이었고 일정을 마치고 집에가는 길에 비가 왔어요. 비옷을 준비했지만 비가 너무 심하게 내려서 허리케인처럼 느껴졌고 GedeBage 교차로가 물에 잠겼어요. 그 결과 우리 오토바이는 고장났고 남편은 GedeBage 시장지역에서 홍수가 난 곳으로 오토바이를 밀고갔어요.
저는 임신 8개월차 복중태아가 행여나 미끄러지지는 않을까 걱정하며 기도하면서 뒤에서 천천히 따라갔어요. 너무 조심스러웠는지 남편보다 훨씬 뒤쳐져서 더 빨리 걸으려고 했어요. 길 한가운데 까지... 저는 갑자기 떨어졌어요! 홍수로 덮힌 도랑을 못봐서 였어요.
제가 떨어진걸 본 모두가 달려와서 구해줬고 저는 울면서 일어나려고 했어요. 제 남편이 어디있는지 볼 수 없었고 아기에게 무슨일이 생길까 무서웠어요. 한 남자가 물었어요 "괜찮아요? 남편 어디있어요?" -- 혼란스러서 "남편이요? Engggg... enggg... 내 남편 어디있어요?"라며 그 남자에게 울면서 되물었어요.
그 남자는 더 혼란스러워졌지만 저를 홍수가 나지 않은 길 가장자리로 데려다주는데 집중했어요. 그리고 제가 도착했을 때 남편이 영화의 한 장면 처럼 달려오는게 보였어요. 제가 울면서 소리쳤어요 "Babah.... Babaaahhh!" 저는 계속 소리쳤고 그는 놀랐어요 "Ndaa, 어디있었어? 계속 너 찾았었어. 무슨일 생겼을까봐 무서웠어. 괜찮아?"
"못봐서 도랑에 빠졌었어. 무서웠어!" 제가 대답했어요. 그리고 제 남편은 저를 꽉 안아줬어요. "Oh, God! Sorry, 그런일이 있었다니, 내가 차를 못사서 미안해... 울지마"
우리는 5키로나 떨어진 집까지 오토바이를 끌고와야 했어요! 당연히 저에게 그날은 최악의 날이었지만, 지금 생각해보면 재밌어서 웃기네요. 그리고 그때를 기억해보면 임신중에 교육을 계속한 제가 자랑스러워요.
Keenan의 출생
그날밤은 안절부절 못했어요. 복통으로 잠도 잘 수 없었어요. 엄마가 아기가 곧 나올거라고 했어요. 그래서 다음날 조산원에 가기로 했는데 상태를 체크해보니 이미 1급이라고 했어요. 우리는 집으로 달려와서 아침 10시가 되기를 기다리는데 복통이 심해졌어요. 그래서 저는 남편에게 조산원에 데려다달라고 했고 아기가 태어날때까지 기다려달라고 했어요. 남편은 저를 조산소로 안내했어요.
재미있는점은 경찰이 규통법규를 위반한 오토바이들을 단속하고 있었는데 우리가 헬멧을 안쓰고 있었거든요. 결과적으로 우리는 경찰에게 세워졌고. "안녕하세요 죄송하지만 헬멧 미착용으로 법규 위반하셨습니다"라고 경찰관이 남편에게 말했어요. 그러자 남편은 당황한 얼굴로 "Ooooooohhh, sir! 제 아내가 출산할거같아서 죄송합니다" 라고 했어요
경찰관도 당황한 얼굴로 말했어요 "Oooh... okay, sir! 그럼 죄송합니다. 얼른 병원으로 가보세요. 가는길 조심하세요"
12시간이 지나고도 여전히 1급인 상태였어요. 조산사는 유도제를 주기로 결정했고 출산단계를 높였어요. 네, 그러고는 빠르게 올라갔어요. 하지만 너무 빨라서 고통을 견디기 힘들었어요. 6시간 후 마침내 10단계가 되서 출산을 준비했어요.
어떤 느낌인지 맛보고 싶으신분 있으세요? 음, 아파요! 저는 못참고 미친듯이 비명을 질렀어요. 계속 기도했지만 참을 수 없었어요. 그 부분에서 남편의 몸을 꼬집고 머리를 남편이 아파할만큼 잡아다녔어요 ~ 그리고 간단히 말해서 thank God, Keenan이 안전하고 건강하게 태어났어요. 저는 행복해요. 행복했지만 파열 중 가장 높은 수준인 4기 회음 파열이 출산후에 있었어요
이 파열은 직장 벽까지 확장됬고 여기서 산도가 항문쪽으로 심하게 찢어져 골반 및 장기능에 장애를 일으킬 수 있었어요. 이로 인해서 자산사가 포기하고 병원에 데려가 전신 마취하에 수술을 받아야했어요 ~ 모든게 지나가고 수술은 순조로웠지만 수납이 끝나지 않았어요. 제가 지불해야되는 액수가 1,500만 루피아였거든요!
남편은 놀라서 제가 깨고나서 제앞에서 울었어요. 출산을 위한 500만 루피아만 준비해가서 돈이 없었고 그 돈은 이미 조산사에게 지불한 후였어요. 그 때 엄마에게 도움을 청하고 싶었지만 엄마가 아직 남매의 수업료를 부답하고 있다는걸 기억해냈어요.그래서 아빠에게 전화를 걸었어요(부모님은 이혼하셨어요) 하지만 한시간 반동안 전화를 걸었지만 전화를 받지 않으셨죠. 그 순간이 너무 슬펐어요.
저는 침묵했고 가진 모든 종류의 해결책을 찾으려고 노력했어요. 남편을 보니 남편도 여기저기에 전화했지만 실패했어요. 그 때 저는 저를 황폐하게 만들겠지만 한가지 결정을 내렸어요. 계속 노력하던 남편은 슬픈얼굴로 저에게 왔어요. 남편의 얼굴을 보고 마침내 제가 입을 열었어요 "Bah, 그냥 논문 경비와 졸업학비를 쓰자"
"Huh? What? 학비를 쓰자고?" 남편이 충격적으로 물었어요.
"응....." 울면서 제가 대답했어요.
"하지만....." 남편은 아무말도 할 수 없었고 저도 할 수 있는게 그에게 힘을주는것 뿐이었어요 "괜찮아 진심으로 그 돈을 병원비로 쓰고싶어" 제가 계속 눈물을 참으려고 노력하면서 말했어요. 우리는 서로 바라보고 끌어안았어요.
Oh God,슬프고 혼란스러웠어요, 하지만 선택의 여지가 없었어요.
마지막 결정
Keenan을 낳고 몸을 회복하기 위해 제 가장 큰 꿈을 포기해야 하는 순간이었어요. 슬프냐구요? 당연히요. 실망했냐구요? 아니에요. 제 생각에 저는 조경사가 되지 못할 것같고 아마 신은 제가 다른꿈을 꾸길 원하시며 크고 아름다운 계획을 준비하시는것 같아요. God knows best.
솔직히 말한다면 전화해서 공부를 계속할 것을 격려하고 항상 친절했던 교수님을 생각하면 슬퍼요. 하지만 무거운 마음에도 항상 아이를 돌볼 사람이 없다면서 거절했어요. 그리고 사실, 그건 제 진짜 이유가 아니에요. 정말 공부를 계속하고싶지만 재정상황이 불안정하고 육아에 드는 비용에 비해 남편의 사업이 시작단계라는걸 알고있어요
그래서, 꿈을 포기하는것 말고는 선택의 여지가 없었어요.
저에게 신은 선하고 자비로워요. 시간이 흐르고 저는 일러스트레이터 그리고 작가라는 새로운 꿈을 찾을 수 있었어요. Yeaaah, 저는 그리는 취미를 페이를 받을 때까지 했고 Bandung의 의류라인에서 제안을 받아서 5년간 일러스트레이터로 일했어요.
또한 다른 취미인 블로그에 글쓰기로 돌아왔어요. 그리고 블로거가 되기로 결정했어요. 마지막으로 제 열정이 타오르는 곳이에요 😊 저를위해 준비된 신의 큰 계획은 모르겠어요. 그게 뭐든 저는 아직 감사해요. 글쓰기를 통해서 저에게 영감을 주는 새로운 친구를 많이 만날 수 있고 무엇보다도 서로를 지원할 수 있기 때문이에요. 모든결정에 대해서 신께 감사하는걸 멈출 수가 없어요.
인생의 모든 순간에 제가 배운 가치있는 교훈은 가끔 완벽하다고 생각했던 계획도 엉망이 될 수 있다는 거에요. 불공평해 보일 수 있지만 신의 계획은 사람의 계획보다 크고 강력해서 조경사가 되지 못해도 괜찮아요. 왜냐면 저는 지금 아이들 미래의 "설계자"가 되었으니까요.
---
2009년 저는 학사 학위를 계속 하기로 결정했고(이전에는 Diploma를 졸업했어요) 조경 건축을 전공으로 선택했어요 ~ 30세가 거의 다된 저에게 대학으로 돌아가는건 쉬운 결정은 아니었어요. 비용, 너무 어린 학교 친구들, 일하면서 시간조율 등의 문제 때문에요. 운좋게 교수님들은 제 결정을 매우 지지해주셨고 일하면서 공부 할 수 있도록 수업 일정을 정해주실 만큼 친절하셨어요.
하지만 과정들이 늘어나면서 일이냐 공부냐 선택을 해야만 해서 심각한 딜레마에 빠졌어요. 엄마에게 더이상 의지할 수 없기 때문에 살아가려면 직업이 필요했고 다른 한쪽은 조경사가 되서 원하는 꿈과 직업을 찾은 것 같은 느낌이 든다는 거였요.
게다가 교수님이 친절하시고 한학기 등록금을 내주시고 조교르 함께할 수 있게 해주셔서 감사했어요. 또한 제가 졸업 후 직업이나 회사에 대해서 걱정할 필요가 없도록 커리어를 설계해주셨어요.
---
2년 뒤, 저는 소울메이트를 만났고 결혼했어요. 그리고 100퍼센트 신랑의 지원으로 공부를 계속했어요. 그러던 어느날 첫째아이 Keenan을 임신했어요. 하지만 아직 논문 시험과 수업이 있었고 연구실을 오가느라 공부를 마치기가 엄청나게 어려워졌어요. 얼마나 힘들었었는지 묻지는 말아주세요. 왜냐면 대답은 정말 힘들었거든요! 하지만 감사하게도 제 남편은 항상 제가 원하는 곳에 함께해줬어요.
그리고 시간이 지나 교육을 마치려는 시기에 불행하지만 재밌는일이 일어났어요. 그 때는 비가오는 시즌이었고 일정을 마치고 집에가는 길에 비가 왔어요. 비옷을 준비했지만 비가 너무 심하게 내려서 허리케인처럼 느껴졌고 GedeBage 교차로가 물에 잠겼어요. 그 결과 우리 오토바이는 고장났고 남편은 GedeBage 시장지역에서 홍수가 난 곳으로 오토바이를 밀고갔어요.
저는 임신 8개월차 복중태아가 행여나 미끄러지지는 않을까 걱정하며 기도하면서 뒤에서 천천히 따라갔어요. 너무 조심스러웠는지 남편보다 훨씬 뒤쳐져서 더 빨리 걸으려고 했어요. 길 한가운데 까지... 저는 갑자기 떨어졌어요! 홍수로 덮힌 도랑을 못봐서 였어요.
제가 떨어진걸 본 모두가 달려와서 구해줬고 저는 울면서 일어나려고 했어요. 제 남편이 어디있는지 볼 수 없었고 아기에게 무슨일이 생길까 무서웠어요. 한 남자가 물었어요 "괜찮아요? 남편 어디있어요?" -- 혼란스러서 "남편이요? Engggg... enggg... 내 남편 어디있어요?"라며 그 남자에게 울면서 되물었어요.
그 남자는 더 혼란스러워졌지만 저를 홍수가 나지 않은 길 가장자리로 데려다주는데 집중했어요. 그리고 제가 도착했을 때 남편이 영화의 한 장면 처럼 달려오는게 보였어요. 제가 울면서 소리쳤어요 "Babah.... Babaaahhh!" 저는 계속 소리쳤고 그는 놀랐어요 "Ndaa, 어디있었어? 계속 너 찾았었어. 무슨일 생겼을까봐 무서웠어. 괜찮아?"
"못봐서 도랑에 빠졌었어. 무서웠어!" 제가 대답했어요. 그리고 제 남편은 저를 꽉 안아줬어요. "Oh, God! Sorry, 그런일이 있었다니, 내가 차를 못사서 미안해... 울지마"
우리는 5키로나 떨어진 집까지 오토바이를 끌고와야 했어요! 당연히 저에게 그날은 최악의 날이었지만, 지금 생각해보면 재밌어서 웃기네요. 그리고 그때를 기억해보면 임신중에 교육을 계속한 제가 자랑스러워요.
---
Keenan의 출생
그날밤은 안절부절 못했어요. 복통으로 잠도 잘 수 없었어요. 엄마가 아기가 곧 나올거라고 했어요. 그래서 다음날 조산원에 가기로 했는데 상태를 체크해보니 이미 1급이라고 했어요. 우리는 집으로 달려와서 아침 10시가 되기를 기다리는데 복통이 심해졌어요. 그래서 저는 남편에게 조산원에 데려다달라고 했고 아기가 태어날때까지 기다려달라고 했어요. 남편은 저를 조산소로 안내했어요.
재미있는점은 경찰이 규통법규를 위반한 오토바이들을 단속하고 있었는데 우리가 헬멧을 안쓰고 있었거든요. 결과적으로 우리는 경찰에게 세워졌고. "안녕하세요 죄송하지만 헬멧 미착용으로 법규 위반하셨습니다"라고 경찰관이 남편에게 말했어요. 그러자 남편은 당황한 얼굴로 "Ooooooohhh, sir! 제 아내가 출산할거같아서 죄송합니다" 라고 했어요
경찰관도 당황한 얼굴로 말했어요 "Oooh... okay, sir! 그럼 죄송합니다. 얼른 병원으로 가보세요. 가는길 조심하세요"
---
12시간이 지나고도 여전히 1급인 상태였어요. 조산사는 유도제를 주기로 결정했고 출산단계를 높였어요. 네, 그러고는 빠르게 올라갔어요. 하지만 너무 빨라서 고통을 견디기 힘들었어요. 6시간 후 마침내 10단계가 되서 출산을 준비했어요.
어떤 느낌인지 맛보고 싶으신분 있으세요? 음, 아파요! 저는 못참고 미친듯이 비명을 질렀어요. 계속 기도했지만 참을 수 없었어요. 그 부분에서 남편의 몸을 꼬집고 머리를 남편이 아파할만큼 잡아다녔어요 ~ 그리고 간단히 말해서 thank God, Keenan이 안전하고 건강하게 태어났어요. 저는 행복해요. 행복했지만 파열 중 가장 높은 수준인 4기 회음 파열이 출산후에 있었어요
이 파열은 직장 벽까지 확장됬고 여기서 산도가 항문쪽으로 심하게 찢어져 골반 및 장기능에 장애를 일으킬 수 있었어요. 이로 인해서 자산사가 포기하고 병원에 데려가 전신 마취하에 수술을 받아야했어요 ~ 모든게 지나가고 수술은 순조로웠지만 수납이 끝나지 않았어요. 제가 지불해야되는 액수가 1,500만 루피아였거든요!
남편은 놀라서 제가 깨고나서 제앞에서 울었어요. 출산을 위한 500만 루피아만 준비해가서 돈이 없었고 그 돈은 이미 조산사에게 지불한 후였어요. 그 때 엄마에게 도움을 청하고 싶었지만 엄마가 아직 남매의 수업료를 부답하고 있다는걸 기억해냈어요.그래서 아빠에게 전화를 걸었어요(부모님은 이혼하셨어요) 하지만 한시간 반동안 전화를 걸었지만 전화를 받지 않으셨죠. 그 순간이 너무 슬펐어요.
저는 침묵했고 가진 모든 종류의 해결책을 찾으려고 노력했어요. 남편을 보니 남편도 여기저기에 전화했지만 실패했어요. 그 때 저는 저를 황폐하게 만들겠지만 한가지 결정을 내렸어요. 계속 노력하던 남편은 슬픈얼굴로 저에게 왔어요. 남편의 얼굴을 보고 마침내 제가 입을 열었어요 "Bah, 그냥 논문 경비와 졸업학비를 쓰자"
"Huh? What? 학비를 쓰자고?" 남편이 충격적으로 물었어요.
"응....." 울면서 제가 대답했어요.
"하지만....." 남편은 아무말도 할 수 없었고 저도 할 수 있는게 그에게 힘을주는것 뿐이었어요 "괜찮아 진심으로 그 돈을 병원비로 쓰고싶어" 제가 계속 눈물을 참으려고 노력하면서 말했어요. 우리는 서로 바라보고 끌어안았어요.
Oh God,슬프고 혼란스러웠어요, 하지만 선택의 여지가 없었어요.
---
마지막 결정
Keenan을 낳고 몸을 회복하기 위해 제 가장 큰 꿈을 포기해야 하는 순간이었어요. 슬프냐구요? 당연히요. 실망했냐구요? 아니에요. 제 생각에 저는 조경사가 되지 못할 것같고 아마 신은 제가 다른꿈을 꾸길 원하시며 크고 아름다운 계획을 준비하시는것 같아요. God knows best.
솔직히 말한다면 전화해서 공부를 계속할 것을 격려하고 항상 친절했던 교수님을 생각하면 슬퍼요. 하지만 무거운 마음에도 항상 아이를 돌볼 사람이 없다면서 거절했어요. 그리고 사실, 그건 제 진짜 이유가 아니에요. 정말 공부를 계속하고싶지만 재정상황이 불안정하고 육아에 드는 비용에 비해 남편의 사업이 시작단계라는걸 알고있어요
그래서, 꿈을 포기하는것 말고는 선택의 여지가 없었어요.
---
저에게 신은 선하고 자비로워요. 시간이 흐르고 저는 일러스트레이터 그리고 작가라는 새로운 꿈을 찾을 수 있었어요. Yeaaah, 저는 그리는 취미를 페이를 받을 때까지 했고 Bandung의 의류라인에서 제안을 받아서 5년간 일러스트레이터로 일했어요.
또한 다른 취미인 블로그에 글쓰기로 돌아왔어요. 그리고 블로거가 되기로 결정했어요. 마지막으로 제 열정이 타오르는 곳이에요 😊 저를위해 준비된 신의 큰 계획은 모르겠어요. 그게 뭐든 저는 아직 감사해요. 글쓰기를 통해서 저에게 영감을 주는 새로운 친구를 많이 만날 수 있고 무엇보다도 서로를 지원할 수 있기 때문이에요. 모든결정에 대해서 신께 감사하는걸 멈출 수가 없어요.
인생의 모든 순간에 제가 배운 가치있는 교훈은 가끔 완벽하다고 생각했던 계획도 엉망이 될 수 있다는 거에요. 불공평해 보일 수 있지만 신의 계획은 사람의 계획보다 크고 강력해서 조경사가 되지 못해도 괜찮아요. 왜냐면 저는 지금 아이들 미래의 "설계자"가 되었으니까요.
Alhamdulillah, sudah di post kak eno (^___^) Gomawooo kakak
ReplyDeleteKak Eka, tulisannya mantap sekali 😭 aku sungguh terharu + sedih bacanya. Sungguh perjuangan seorang ibu dan perjuangan mengejar mimpi yang nggak mudah 😭 Cerita yang sangat menyentuh 😭
DeleteSemoga kak Eka selalu diberi kesehatan dan rejeki yang lancar ya 🙏🏻🙏🏻
My pleasure mba Eka 😁💕
DeleteSegala bentuk perjuangan memang nggak ada yang mudah ya, Lia 😍 jadi Lia juga harus selalu menghargai perjuangan-perjuangan Lia sekecil apapun bentuk perjuangannya 😁 dan semoga Lia bisa belajar banyak dari cerita mba Eka ~ semangat!
DeleteSepertinya ada beberapa pengalaman saya yang mirip dengan Mba Eka, so I feel you 😁
ReplyDeleteTulisan yang bagus Mba 😊
Penggalan yang mana, mba? Cerita dong 😆💕
DeleteDibagian melepas impian (tapi saya karena Ortu dan saudara), trus terjatuh waktu hamil tapi di depan rumah waktu mo jemput Si Kakak, naek motor ujan-ujan ke sekolah dan menahan sakit karena induksi pas ngelahirin pun sama Mba, hanya saja lebih lama sedikit sampe 12 jam, begitu juga keruwetan biaya melahirkannya juga sama, hanya saja dulu akhirnya mendapat bantuan dari tempat kerjanya suami, bersyukur banget saat itu 😂😅 Jadi baca tulisan ini seperti merecall masa lalu, sedihnya juga kerasa banget khususnya untuk saya 😥😅😁
DeleteWoaaah 😱😱😱 pasti berat banget ya mba waktu kejadian, thank God mba Rini mampu melewatinya dengan hati lapang dan kuat 😍 dan rejeki datangnya dari mana saja, saya ikut bersyukur karena tempat kerja pasangan mba memberi bantuan 💕
DeleteCerita mba Eka sedikit banyak memang bisa dirasakan oleh banyak teman-teman lainnya termasuk mba Rini juga ya mba, karena perjuangan seorang ibu untuk anak-anaknya nggak bisa diragukan. Akan selalu ada kisah dibalik setiap perjalanannya 🙈 semoga one day saya bisa baca kisah mba Rini juga. Semangat terus mba, semoga mba dan anak-anak selalu sehat 💕
Inspiring story Mbak Eka.
ReplyDeleteKeiklasan dan pengorbanan seorang ibu demi anaknya. Ketulusan seorang istri untuk berjuang bersama suaminya menghadapi suka dan duka.
Dan, keiklasan menerima jalan hidup serta rasa bersyukur terhadap jalan yang sudah ditetapkan oleh-NYA.
Semua ada dalam kisah ini.
Saya belum tahu 26 tulisan yang lainnya, tetapi sangat bisa mengerti penilaian Mbak Eno dan para sohibulnya.
Penyampaiannya juga sangat mengalir sehingga kita terbawa dalam cerita.
Jadi, cuma bisa bilang good job Mbak Eka dan juga Mba Eno dan tim penilai.
Saya yakin ke 26 tulisan yang lain akan sama bagusnya dan baiknya, dan penilaian akhir pasti akan sulit dan tipis.
Saya kayaknya harus banyak belajar dari Mbak Eka dalam hal menulis seperti ini.. #sungkem
Katanya, pelajaran terberat dalam hidup itu salah satunya soal ikhlas ya, mas 😆 hehe. Dan seperti yang mas Anton bilang, cerita mba Eka betul-betul mengajarkan banyak hal mengenai ikhlas 😍
DeleteNgomong-ngomong tulisan lainnya sama bagusnya, that's why sulit untuk memutuskan. Poinnya pun beda tipis satu sama lainnya 😆 hihihi. Nanti semoga teman-teman yang ikut menulis bisa publish tulisannya, jadi mas Anton bisa baca 😍 hohoho. For the last, terima kasih sudah berbagi komentar, mas 😁
Saya terharu, kagum, sedih, bahagia... Wah.. Campur aduk rasanya😭 baca kisahnya mbak eka. Mulai dari perjuangannya kuliah sambil hamil besar sampai jatuh di got lalu harus merelakan biaya kuliahnya untuk kesembuhan setelah melahirkan.
ReplyDeleteNggak mudah memilih salah satu dari dua hal tersebut, tapi sebagai ibu mbak eka, Luar biasa banget mbak eka...
Semoga mbak eka bisa menjadi ibu yang selalu baik dan semoga anaknya bisa sukses kelak😊. Kita manusia memang hanya bisa berencana dan Allah yang menentukan....
Itu yang saya rasakan juga mba Astria, sampai salah satu sohibul saya respon pakai kata, "Waaaah." sepertinya dia terbawa suasana 😂 hahahaha. Tulisan mba Eka berhasil membuat saya dan sohibul saya hanyut dalam cerita 😁 semoga mba Astria merasakan hal yang sama 💕
DeleteAmiiiin saya mewakili mba Eka mau berterima kasih untuk doanya. Doa yang sama saya haturkan untuk mba Astria, semoga kelak bisa menjadi ibu yang baik untuk anak-anak mba 😍 lavvv ~
ReplyDeleteWaahh ceritanya sudah di posting...😊😊
Beri tepuk tangan dulu dong untuk mbak Eka Fitriani.😊👏👏👏👏👏👏
Saya jadi penasaran malah sama cerita yang lainya buat perbandingan doang sih sebenarnya.😊😊
Tapi tetap menarik, Meski judulnya agak sedikit bersebrangan sama ceritanya.😊😊
Tetap semangat 💪💪 Gooogooo..👏👏👏
Horeeee plok plok plok 😆👏
DeleteCerita yang lain nggak kalah bagusnya, mas 😍 tapi ada baiknya jangan dibanding-bandingkan. Cihuyyy! 😂 hahaha. Kalau soal judulnya saya yang pilih untuk fit style blog saya 😄 judul aslinya "Melepas Impian" 😉
Mas Satria semangat juga, ya!
Iya tidak perlu dibanding-bandingkan karena semua sebenarnya akan menceritakan dan mengajarkan banyak hal.
DeletePemilihan peringkat 1 tidak berarti tulisan yang lain tidak bagus, tapi lebih kepada lebih sesuai dengan selera tim penilai saja.. Iya kan Mbak Eno?
Betuuul mas Anton, semua cerita yang masuk punya makna bagus dan mengajarkan banyak hal. Seriously, sebagai contoh dari TOP 5 di atas.. cerita mba Thessa mengajarkan perihal membangun privilege sendiri disaat kita merasa terlahir tanpa privilege. Terus kalau mas Rahul ceritanya soal tanggung jawab yang diemban hanya karena terlahir sebagai anak pertama pada awalnya, dan permasalahan yang dihadapi. Namun berjalan dengan waktu justru membuat mas Rahul kuat 😁
DeleteSelain itu dari cerita mba Kartika, saya belajar soal kalimat yang tepat ketika kita sedang melakukan kesalahan. Jangan sampai kalimat yang kita gunakan jatuhnya hanya excuse belaka. Maknanya deep bangettts ~ for the last cerita dari mba Elpida soal Thank You yang menurut saya sederhana tapi sering dilupakan kita as manusia yaitu mengucapkan terima kasih pada diri kita sendiri yang sudah selalu berusaha dan berjuang. Kalau baca detail cerita yang dibagikan oleh kesemua teman, rasanya ada banyak pelajaran yang bisa diambil tanpa harus dibandingkan karena semua cerita yang saya terima memberikan ilmu dan kandungan makna besar di dalamnya. Sesederhana apapun ceritanya 😍 that's why pilih pemenangnya syusaaaahhhh, mas 🤣
Wuaah asiiikk udah dikasi bocoran dikit sama Mba Eno cerita2 lain kaya gimana.. Makin bikin penassran buat bacaaa😆 Semangat buat proses bukunya Mba Eno. Just tell me if there anything I can help yaaa 💖💖
DeleteSiap mba Thessaaaaa ~ Tolong bantu doa, mba 😍💕
DeleteKisah yang sangat menyentuh hatiku Mbak Eka karena sedikit banyak relate dengan pilihan-pilihan yang ada dalam hidupku....maybe We are on the same shoes hihi..
ReplyDeleteEh... tadi pas baca part hujan-hujan hampir ditanyak-tanyak ama pak polisi (untungnya ga jadi), lalu ndilalahnya kok ya bisa masuk got, aku spontan mringis, hihi.. tapi alhamdulilah Keenan kecil dan Mamah sehat ya Naaaq :D.
Btw, aku uda lama suka intip-intip artnya Mba Eka di Artjoka, lucuk, cute..ngingetin aku sama ilustrasi sampul buku atau karya sastra yang biasa ada di koran...#kudu berguru gambar ama mba eka deh aku hihihi
Daaan tentunya, ilustrasi yang menjadi pembuka postingan juga tampak cool...
Semoga Mba eka dan keluarga kecilnya selalu diberkahi dengan segala impian-impiannya, juga sukses terus kegiatan gambar dan usahanya ^_______^
Oiya, aku juga jadi penasaran dengan 26 tulisan yang lain...ini nda ditampilkan di guest post juga kah mba eno?
Sepertinya banyak ibu akan relate dengan cerita mba Eka, karena sedikit banyak, setiap ibu memiliki perjuangan besar untuk anak-anaknya 😍 eniho, terima kasih banyak sudah membaca tulisan mba Eka ya, mba Nita 😁💕 biar nanti komentar lainnya yang ditujukan untuk mba Eka bisa dibalas sama mba Eka 🙈
DeleteMenjawab pertanyaan akhir mba Nita, untuk tulisan lainnya nggak ditampilkan di GUEST POST mba, jadi hanya tulisan mba Eka yang tampil sebab setiap tulisan ada copyright-nya jadi kalau mau saya pakai di blog saya perlu saya bayar 😁 berhubung saya hanya bayar tulisan mba Eka, jadi hanya tulisan mba Eka yang saya tayangkan. However, nanti saat bukunya rilis, saya akan buka giveaway 1-2 pcs siapa tau mba Nita berminat ikutan 😆
Huaa Speechless,
ReplyDeleteMba Eka thank you for sharing, I realize that perjuangan aku belum seberapa, untuk memperjuangkan study aku, salam buat Keenan se dede tangguh.
Buat mba Eno, makasih udah mengadakan acara paid guest ini, jadi belajar banyak, bersyukur rasanya pernah main ke sini, huge thank mba Enoo (sambil sending love pakai jari ala Korea) 😇😇
Semangat mba Sovia, semoga mba bisa terus berjuang untuk hidup, mimpi dan cita yang mba inginkan 😍 hehehe. Sama-sama mba, terima kasih juga sudah sering mampir dan membaca cerita-cerita yang ada 😆 lavvvv ~
DeleteMba Ekaaa *peluk virtual dulu*
ReplyDeleteEntah mengapa baca ini aku merasa relate dalam beberapa hal. Yang pasti sejak menjadi seorang ibu, banyak hal berharga yang sudah dipelajari dan salah satunya ya tentang ikhlas (:
Perjuangan Mba Eka luaaar biasa! Rasanya aku ingin peluk Mba Eka di hari waktu Keenan lahir T_T
Dan bersyukur sekali Mba Eka masih bisa produktif mengerjakan banyak hal yang Mba suka. Keenan seperti membuka pintu kesempatan lainnya bagi Mba Eka untuk tetap berkarya ya ❤️
Tetap semangat, Mba Eka! Sehat selalu untuk Keenan, suami dan Mba. Terima kasih sudah menginspirasi melalui tulisannya kali ini 🤗
Terima kasih juga Mba Eno and friends yang sudah memilih dan memposting tulisan Mba Eka ini ❤️
I knew that, menjadi ibu itu memang soal pelajaran sepanjang masa ya, mba. Salut sama mba Jane, mba Eka dan para ibu di luar sana yang selalu ikhlas memperjuangkan kebahagiaan anak-anaknya 😍 semoga mba Jane, mba Eka dan para ibu lainnya selalu diberikan berkah sehat dan kuat jiwa raganya 💕
DeleteSama-sama mbaaa, terima kasih banyak sudah baca secuplik kisah dari mba Eka. Senang rasanya kalau mba Jane dan teman-teman pembaca lainnya suka 😍
kak Enoo, mba Ekaa, saya terharu sampai pekat rasanya tenggorokan mau nangis😭😭
ReplyDeleteBetapa sabar dan ikhlasnya mba Eka melepas apa yg jadi impiannya selama ini, semata-mata berjuang untuk keluarga, dari sejak di masa kandungan sampai pertumbuhan Keenan. Saya seperti ikut merasakan gimana sedih dan bingungnya jadi mba dihadapkan pada situasi tersebut😢. Semoga Allah senantiasa melimpahkan keberkahan untuk mba dan keluarga ya mba, insya Allah kedepannya masih banyak buah manis yg mba akan peroleh. Karena pada akhirnya saya percaya meninggalkan sesuatu yg lebih besar dan lebih baik—meski mimpi menjadi arsitektur lanskap pun bukan berarti tidak baik, dapat melahirkan sesuatu yg juga lebih bernilai. Mungkin saja rahmat dan kasih sayang Allah yg lebih besar untuk mba dan keluarga🤗. Sehat selalu untuk mba Eka dan keluarga ya, semoga setiap iringan langkah mba dan keluarga selalu diridhoi oleh Allah SWT, dan semoga Keenan tumbuh menjadi anak yang berbakti, seperti "arsitek" yang merawatnya selama ini,😇 Aamiin🤗💕
Amiiin Awl, terima kasih doa untuk mba Ekanya, sayang 😍 dan terima kasih sudah membaca tulisan hangat dari mba Eka 😁 senang rasanya kalau Awl bisa ikut belajar dari pengalaman mba Eka dan menarik ilmu yang terkandung di dalamnya 💕
DeleteDan pesan untuk Awl, semangat studinya. Selagi ada kesempatan dan sebelum keadaan memaksa Awl untuk melepas impian. Keep giving your best and let God care the rest 😉
Mantap mbak Eka...
ReplyDeleteSetiap manusia memiliki "musim" masing-masing. Ada musim untuk eksistensi diri dan cita-cita. Dan ada juga masa-masa memelihara dan menjaga benih yang kita semai dalam hal ini anak. Nanti akan ada masanya lagi kok mbak Eka, saat anak sudah besar dan mandiri masa dimana mbak bisa meraih lagi cita-cita. Lebih baik daripada dipaksakan meraih dua-duanya tapi akhirnya malah hasilnya tidak optimal...
Tidak ada cita-cita yang hilang. Yang ada hanyalah cita-cita yang tertunda. Semangat terus mbak Eka.
Setuju, mungkin hanya tertunda sementara waktu cita-citanya 😍 semoga one day, mba Eka bisa kembali mengejar cita-cita mba, atau mungkin justru cita-cita terbarunya berhubungan dengan dunia blog hehehehe. Apapun itu, tetap semangat dalam menjalani hidup dan kejutan-kejutan manis dari Tuhan yang ada di depan mata 😍
DeleteEniho, terima kasih mba Phebie sudah baca 😆
Akhirnya bisa baca ceritanya Mbak Eka.
ReplyDeleteSelesai membaca aku akhirnya tahu kenapa Mbak Eno milih tulisannya Mbak Eka. Semua perasaan ada, yang awalnya ikut sedih, sampai pertengahan mringis terus ngakak apalagi adegan mau ditilang polisi. Itu SUPERB sih! Lalu ditutup dengan keharuan.
Mbak Eka, terima kasih sudah berbagi kisahnya.
Banyak hal yang aku pelajari dari kisah Mbak Eka, semoga Tuhan selalu senantiasa melindungi Mbak Eka dan keluarga.
Untuk Mbak Eno, terima kasih sudah menghadirkan kisah ini
Hihihi, sebetulnya semua tulisan bagus mba Pipit, dan saya galau pilih pemenangnya. Alhasil saya pakai sistem poin, dan nilai poinnya beda tipis antar satu sama lainnya 😍 karena memang sebegitu bagusnya tulisan teman-teman 💕
DeleteAmiiin, saya turut aminkan doa mba Pipit untuk mba Eka. Dan terima kasih juga karena mba Pipit sudah meluangkan waktu mba yang berharga untuk membaca cerita mba Eka di blog saya 🙈 sehat selalu, mba 💕
Kisah yang sangat menyentuh dan mengalir seakan-akan membawa saya ikut ada di dalamnya.
ReplyDeleteTerima kasih sudah baca mas Kal 😍
DeleteHabis baca ini, saya langsung cirambay alias nggak sadar tiba - tiba ada air netes dan bikin pipi basah :””(
ReplyDeleteTerima kasih ya Mbak Eka. Saya merasa punya kesamaan yaitu mengikhlaskan impian untuk menjaga buah hati. Namun, cerita saya masih nggak ada apa - apanya dibanding punya Mbak.
Semoga setiap langkahnya Mbak Eka (dan juga Mbak Eno tentunya) selalu dilindungi Tuhan YME
Setiap cerita pasti punya makna mendalam bagi yang mengalaminya, termasuk cerita perjuangan mba Ayu dan mba Eka 😍 saya yakin, perjuangan mba Ayu untuk anak tercinta nggak kalah beratnya 💕 semangat selalu, mba ~
DeleteAmiiiiin doa yang sama untuk mba ya, semoga langkah kaki mba selalu dimudahkan, dan diberkahi setiap keputusannya 💕
Judulnya sangat singkat dan padat. Namun sangat mendalam setelah selesai membacanya. The architect, terus diakhir diceritakan tentang Allah (Tuhan). Dari dua narasi ini aku langsung teringat film Cin(t)a tahun 2009. Sayangnya, film itu ga lulus sensor dan ga tayang di bioskop. tokoh di film ini diceritakan sebagai mahasiswa arsitektur. Di salah satu scene, tokoh utama menggunakan kaos bertuliskan "God is an architect".
ReplyDeletecerita perjalanan yang sangat menarik mbak eka. Aku bacanya sampai terharu dengan perjuangan yang sudah dilakukan. Cerita-cerita tentang kehidupan setiap orang memang selalu menarik untuk disimak dan dibaca. Semoga apa yang sedang diusahakan bersama keluarga bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Semangat mbak eno untuk editingnya. Jadi ga sabar menanti cerita selanjutnya :D
Sepertinya film Cin(t)a sempat tayang bukannya, mas? Tapi ditake down kalau nggak salah ~ lupa-lupa ingat, tapi film ini cukup jadi perdebatan pada masanya. Hhehehe. Dan setuju dengan kaos bertuliskan God is an Architect. Saya kasih judul The Architect karena ada banyak makna dari cerita mba Eka, terlepas mimpinya yang ingin menjadi arsitek lanskap, namun beralih jalan hingga sekarang menjadi arsitek masa depan anak-anak. Semua nggak akan lepas dari kendali Tuhan sang arsitek kehidupan 💕
DeleteIya mas, kisah setiap orang, sangat bagus untuk dibaca, karena kita bisa belajar banyak hal di sana ~ kadang kali kita merasa setiap keputusan kita adalah yang paling benar, namun disaat kejadian tersebut terjadi pada hidup orang lain, akan ada kemungkinan keputusan yang mereka ambil akan berbeda. Karena setiap orang memiliki kisahnya, latar belakangnya, dan lain sebagainya. Disitu saya belajar banyak untuk lebih terbuka pada perbedaan.
Hihihi, doakan lancar, mas 🙈
Kalau ga salah hanya beberapa hari saja tayang. Menurutku filmnya sangat bagus, akarakternya sangat kuat, dan ada pesan yang disampaikan. Beberapa dialog masih diingat sampai sekarang. Satu lagi kata-katanya "God is a director". Sutradara kehidupan :D
DeleteSetuju sekali dengan mbak eno
*toos :D
Sayang banget ya mas, padahal ceritanya bagus, tapi mungkin di-takedown karena persoalannya agak deep 🙈
DeleteTOSSSS!! 🤣
Keren banget Mba Eka, menyentuh banget.
ReplyDeleteYou know laahhh mamak-mamak geto loh :D
Sedikit banyak juga merasa pernah ada di posisi itu, benar kata Mba Eka yang waktu komen di page 'about me' saya, di mana kata Mba Eka pernah merasakan beberapa peristiwa yang sama.
Benar banget.
wanita aja sesungguhnya punya banyak cerita sejak kecil, lalu akhirnya bisa sekolah, berjuang untuk mendapatkan pendidikan sesuai impian.
Setelah tercapai pendidikan, kudu berjuang untuk pekerjaan impian, setelah semua dilewati, tiba-tiba harus banget memilih melepas impian.
Kalau saya menyebutnya mengganti impian.
Kalau dulu saya punya impian jadi wanita karir yang sukses.
Sekarang saya ganti, jadi ibu rumah tangga yang sukses.
Tentunya perjuangannya masih sama, hanya saja tempat dan kondisinya yang beda :)
Terus beberapa kejadian hamil tersebut, saya jadi ingat pas hamil anak kedua, kami pernah jalan-jalan ke mall sampai malam banget, terus pulangnya naik motor daaann bannya kempes sodara, udah pukul 11 malam pulak, susah nyari tambal ban, paksu terpaksa mendorong motor sampai sekilo kali sampai ketemu tambal ban yang buka.
Sementara saya sama si Kakak terpaksa jalan kaki, waktu itu sama, kandungan saya udah 8 bulanan, ampun deehh selama hamil saya tidoooorrr aja sejak awal hamil saking saya kena Hyperemesis, tiba-tiba disuruh jalan sampai sekilo dong, untung si adik dalam perut nggak kenapa-kenapa.
Konyolnya lagi, setelah kami jalan sekilo, betis saya udah sakit banget, si kakak mandi keringat dan kulitnya merah se badan-badan saking dia memang alergi kena keringat.
Baru deh kami order taksi online.
Etdaaahhhh, dari tadi kek hahahahaha
Betewe lagi, terimakasih banyak atas ceritanya Mba Eka, benar-benar menyentuh, dan mengingatkan saya, bahwa setiap orang punya tantangannya sendiri, namun selalu ada jalan keluar dari setiap masalah, meski untuk itu kita harus memilih satu dari dua atau beberapa pilihan.
Kayak harus make uang kuliah demi persalinan.
Kebayang banget bagaimana perasaan Mba Eka dan suami saat itu.
Semoga selalu berkah ya Mbaaa :*
Wah kata-kata yang bagus mba Rey 😍 mengganti impian, menjadi ibu rumah tangga yang sukses. Semoga mba Rey bisa semangat terus menjalankan mimpi mba Rey 💃💕
DeleteDan mengenai cerita mba Rey harus jalan kaki sekilo saat hamil adik 8 bulan, saya langsung membayangkan betapa berat dan lelahnya. Thank God, mba dan adik serta kakak nggak kenapa-napa dan adik bisa lahir sehat walafiat sampai sekarang 😍 hehehe, terima kasih sudah berbagi cerita mba, dan sudah membaca tulisan mba Eka ya, mba 💕
Dan setuju sama yang mba bilang, kalau setiap orang memiliki tantangan hidupnya sendiri, namun pastinya setiap tantangan hadir bersama jalan keluar 🙈 jadi kita harus terus semangat dalam menjalani kehidupan 💃
Mbaa Ekaa, aku bacanya berkaca2.. huhu.. aku lemah baca cerita kalau masalah perjuangan dg anak gini, bawaannya merembes mili 😢 Perjuangan dan keiklasan Mba Eka luar biasa. Aku ga bs ngebayangin pas hamil tua hujan2 jalan sampai 5 km, trus permintaan maaf suami Mba Eka pas Mba Eka jatuh bikin aku 😭😭😭 Semangaat terus Mbaa. Makasi udah ngajarin aku buat lebih bersyukur dg baca ini. Makasi Mba eno udah berbagi cerita ini 💖💖
ReplyDeleteSekrng udah menemukan passion yg baru ya Mba. Senangnyaaa.. keep happy mba, krna aku percaya, keluarga yg happy itu dimulai dr ibu yg happy dan tdo tertekan 😘😘
Mba Thessa pasti bisa relate ya, sebab mba Thessa juga seorang ibu jadi tau perasaan hati ibu 🤧 dan iya mba, saya waktu baca permintaan maaf pasangan mba Eka langsung auto 😭😭😭 sedih waktu suaminya bilang maaf belum bisa beli mobil ~ 😢
DeleteSama-sama mba, terima kasih sudah membaca dan berkomentar. Senang rasanya 😍💕 amiiiin, semoga mba Eka bisa semangat menjalani passion baru yang dipunya. Dan semoga mba Thessa pun bisa semangat, ya 💃
Cerita yang mengharukan. Jujur saja memang berat melepaskan impian apalagi jika memang tinggal sedikit lagi. Tapi demi anak, maka seorang ibu rela melepaskan impiannya.
ReplyDeleteSerem juga waktu banjir dan sampai terperosok ke got. Soalnya memang kalo banjir itu kadang lubang got tidak kelihatan karena tertutup air banjir. Beruntung mbak Eka tidak apa-apa, hanya shock saja.😊
Betul mas, apalagi kalau sudah sedikit lagi selesai lalu terpaksa melepaskan. Akan berat rasanya 🤧 however, begitulah seorang ibu, akan selalu mengedepankan masa depan anaknya 😭 huhuhuhuhu ~
DeleteDan soal banjir itu, ketika saya baca pun kagettt mas 😅 kebayang got nggak kelihatan terus nyusruk, pasti sakit banget. Thank God mba Eka dan baby-nya baik-baik saja 💕
mbaaaa,,, auto mewek saya :'(
ReplyDeleteketawa sambil mewek pas bagian jatuh di got. Sukses terus buat Mba Eka, dan Mba Eno juga tentunya.
Terima kasih mba Sera sayaanggg sudah membaca 😍
DeleteNice story telling kak Eka. Dilematis yang berat sekali.
ReplyDeleteSaya abis main ke blognya kak Eka, nemu beberapa gambar. Terus liat cover bukunya agak mirip. Ini digambar beliau kah?
PS: tulisan ini mengandung bawang
Cover yang ada di post ini memang karya mba Eka, ada info copyright-nya di bawah foto, mas 😁 kalau cover buku di post Congratulations itu karya designer yang kerja sama saya 😬 hehehehe. Eniho, terima kasih sudah baca, mas 😍
DeleteMungkin saya tidak terlalu relate karena belum menikah, punya anak, ataupun mengorbankan cita-cita demi anak.
ReplyDeleteTapi cerita mbak Eka membuat mata saya lebih terbuka bahwa ada banyak hal yang harus dipertimbangkan setelah berkeluarga. Di satu sisi, sejujurnya bikin jiper, tapi di sisi lain mungkin bisa jadi ‘modal pengetahuan’ bahwa menikah lebih dari sekedar happily ever after😇
Thumbs up buat mba Eka 👍
Agree mba Hicha, akan ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan saat ingin berkeluarga, terlebih lagi saat ingin memiliki keturunan. Tentunya dengan tujuan happily ever after, hanya saja ada proses panjang di dalamnya 😁
DeleteSemangat, mba 😍💕
Eno.. digosipin sama Satria tuh di blognya..:-D :-D
ReplyDeleteHaahaaa!..Sesama penggosip jangan saling mendahului kong...😂😂😂
DeleteWaaah iya kah, saya belum sempat ke blog mas Satria 😍 ini baru buka blog via laptop lagi mas 🤣 siap langsung meluncur ke sana. Terima kasih mas Anton infonya 🙈
DeleteMas Satria thank youuuuu so muchhhhh! 😍💕
DeleteManusia hanya mampu merencakan dan berikhtiar
ReplyDeleteSoal hasil, Tuhan yang menentukan.
Walau kadang ada perasaan atau umpatan ketidak puasan, ah hal yang biasa. Sudah menjadi watak manusia.
Artikelnya keren banget, ceritanya sangat runut.
Agree mas, kita hanya bisa berencana, untuk hasil serahkan pada Tuhan 😁 kalau persoalan nggak puas itu manusiawi rasanya ~ karena manusia diberkahi perasaan, asal jangan terlalu lama bersedih maupun nggak puas, dan harus tetap melangkah maju ke depan 😆
DeleteSalam kenal, mas 😉🙏
Baca tulisan mbak Eka berasa diingatkan, dipeluk dalam2, bahwa apapun yg kita perjuangkan nggak akan sia2. Selalu ada kejutan dan hal baru yang bahkan lebih dahsyat. Mungkin aku salah satu yang mirip2 dg mbak Eka. Uhuhu
ReplyDeleteMakasih mbak Eno sudah menerbitkan tulisan yg membuat semangatku meletup2 lg :D
Iya mba Ella, nggak ada satupun perjuangan yang sia-sia ~ katanya, kegagalan merupakan kesuksesan yang tertunda. Jadi amat sangat mungkin, suatu hari nanti, impian itu akan tercapai meski jalannya harus berbelok jauh, atau mungkin impian itu akan digantikan dengan yang lebih indah 😍
DeleteSama-sama, terima kasih sudah baca, mba Ella 😆💕
Mbakk Ekaaaa, hormat sama Mbakkk.
ReplyDeleteSalut bangeeett atas segala perjuangan, kerelaan, dan keikhlasan mbak dalam menjalani hidup. Mungkin Tuhan punya rencana lain yg tidak kalah hebatnya.
Walaupun saat ini belum sesuai harapan dahulu, tapi ada hal positif lain yg bisa mbak dapatkan.
Terimakasih atas keterbukaan, kejujuran, dan rasa percaya untuk kami membaca cerita hidup Mbak Eka. Aku ga nyangka mbak bisa menceritakan hal yg mungkin kurang nyaman. Namun, dibagikan kepada kami sehingga kami bisa mengambil hikmah dari kisah mbak.
Sehat selalu Mbak dan keluarga. Semoga bahagia dan mendapatkan kestabilan dalam finansial.
Makasih Mbak Eno sudah menginisiasi program ini dan sudah memilih Mbak Eka sebagai pemenang. Aku merasa cerita aku cupu di banding yg lain 😅
Hi mba Devina,
DeleteTerima kasih sudah membaca kisah mba Eka, dan terima kasih sudah menarik pembelajaran berharga dari kisah yang dibagikan 😍💕 semoga, kita semua bisa berbahagia pada akhirnya, terlepas dari mimpi yang mampu kita raih atau nggak 😆 dan semoga, ke depannya, akan ada hal-hal baru yang membuat kita bisa terus semangat menjalani kehidupan 🙈
Dear kak eno dan teman - teman semua,
ReplyDeleteTerimakasih atas ucapan selamat dari teman - teman semua selama beberapa hari terakhir ini, baik di blog kak eno maupun di blog saya. saya sangat terharu dengan bajir apresiasi ini, hiks ( nangis terharu ).
maafkan saya ya semuaa..... agak lama menjawab semua komen dari teman - teman semua. maklumlah, waktu saya sehari-hari banyak iklannya , hehehe
saya ucapkan, banyak terimakasih yang tak terhingga atas apresiasi dari semua.
saya sangat bersyukur, tulisan saya bisa memberikan inspirasi bagi teman - teman untuk terus mengejar impian dan belajar ikhlas jika impian itu belum bisa diraih. juga menjadi pelajaran bagi yang belum menikah dan memiliki anak untuk mempertimbangkan segala hal walau terkadang, rencana memang kita yang membuat tetapi Tuhan jua yang menentukan.
Emang benar sih seperti kata kak devina, saya emang ngerasa kurang nyaman awalnya, menceritakan kisah pribadi saya baik di sayembara kak eno maupun di blog pribadi saya. tapi, saya ingat dulu waktu sering galau...pelarian saya adalah nyari tulisan yang situasinya mirip dengan kegalauan saya. hasilnya? galau saya hilang, sedih terbang melayang dan saya semangat lagi.
ingat hal itu, saya jadi yakin akan terus menulis pengalaman saya agar mereka yang berada di posisi yang sama dengan saya seperti mendapatkan dukungan dan isnpirasi untuk bangkit.
walau awalnya merasa "ditelanjangi" bulat-bulat, hehehe. tapitak apa, jika kisah saya bermanfaat toh tidak ada salahnya berbagi.
terimakasih sekali lagi kak eno,
saya juga gak sabar nih pengen baca tulisan peserta lain. saya yakin, peserta yang lain juga tulisannya keren-keren dan inspiratif. makanya kak eno jadi galauuuu, hehe
cant wait for the book coming out (^__^)
salam hangat,
eka - artjoka
Hola mba Eka 😁
DeleteSama-sama mba, karya mba memang pantas untuk diapresiasi, semoga dengan ini, bisa menambah semangat mba untuk terus berkarya dan berbagi cerita kehidupan mba agar bisa menjadi pelajaran berharga bagi siapapun yang membacanya 😍💕 dan saya yakin, teman-teman yang mungkin saat ini mengalami hal yang sama, bisa sedikit banyak mendapat kekuatan dari tulisan mba Eka 😁
Sama-sama mba Eka, hihi galau itu normal, sebab semuanya baguuuus, dan ini bukan kompetisi seperti Tinju yang bisa dicheck pemenangnya dengan cara siapa yang K.O duluan 🙈 that's why, kemarin agak galau, however tulisan mba Eka memang layak juara 💕
Sudah baca dari day 1 posting, tapi baru sempat komen.
ReplyDeleteTulisan yang bagus, mba Eka. Sepertinya mba Eka menulisnya tulus banget dengan hati.
Menggugahh dan emosional.
Life is also about chasing dreams with its own struggle. Meski belum menikah dan memiliki anak, saya bisa relate perihal mimpi2 yang kadang terpaksa kita lepas. Dan malah terkadang diganti yang terbaik sama Tuhan. Allah knows best.
Thank you for the stories, mba Eno.
terimakasih kak rifan :)
Deletesaya nulisnya sambil agak ramisak sih (nangis dikit) hehehe, jadi keinget lagi ceritanya waktu dulu.
saya setuju kak, mungkin bukan melepas mimpi ya, tapi mengganti mimpi yang udah Tuhan kasih jalannya buat kita, hehe
Hi mas Rifan, sama-sama terima kasih sudah membaca kisah yang dibagikan oleh mba Eka ~ semoga ada sedikit manfaat yang bisa mas Rifan terima 😍 oh, dan tentu saja, semoga mas Rifan bisa meraih mimpi-mimpi mas Rifan.
DeleteEniho, kiriman Bakpia saya sudah sampai, mas? 😂
Mengganti mimpi yang lebih indah ya, mba 🙈
DeleteMbak Meno, kiriman bakpianya sudah saya terima. Saya santap bersama kakak dan adik saya.
Deletekebetulan belum ngrasain bakpia kukus jogja. Cokelat itu favorit sayaa..
Nikmat banget rasanya.
Semoga lancar terus mba rejekinya... Matur suwuuun.... :)
Wah finally hehehe ~ enak kan rasanyaaaa 😂 thank God kalau mas Rifan suka 🙈 sama-sama mas, sehat selalu ya 💕
DeletePengorbanan seorang ibu untuk anak dan keluarganya tak akan bisa ditandingi oleh apa dan siapa pun juga. Semoga masih ada kesempatan di lain waktu untuk mencapai impian menjadi arsitek. Saya percaya, anak dikirim Tuhan kepada kita bukan untuk menghambat cita-cita kita.
ReplyDeleteBegitu juga yang dialami istri saya. Menikah dan melahirkan membuat cita-citanya melanjutkan kuliah S2 tertahan. Sekarang setelah anak semakin besar, saya mendukungnya untuk berusaha lagi mencari beasiswa untuk kuliah di luar negeri.
Setuju mas, nggak ada yang bisa menandingi perjuangan dan pengorbanan seorang ibu untuk anak dan keluarganya 😁 dan semoga mba Becca bisa meraih cita-cita studinya, mas 😍
Deleteparagraf penutup melelehkan hatiku, baca ini pas di komputer kantor, berkaca2 diliat #langsungmaskeran
ReplyDeleteTuhan pasti akan memberikan jalan lain yang mungkin lebih baik dengan cara-Nya.
perjuangan mba eka berat, dimana anak muda waktu itu pasti ingin yang terbaik buat pendidikan dan karirnya, piihan yang memang agak sulit
dan cerita bahu membahu dengan suami, so sweet, bersyukur dengan keadaan bagaimanapun itu.
tetep semangat mba eka dan kenan serta keluarga, ciayoo
Pilihan sulit antara mimpi dan anak ya, mba. Nggak semua orang bisa se-wise mba Eka, yang rela melepas mimpinya 🙈
DeleteDan saya agree perihal bahu membahu dengan pasangan 😍 too sweet to ignore hehehehe. Jadi buat hati meleleh, karena terlihat betul bagaimana pasangan mba Eka berusaha menjaga dan memberikan yang terbaik untuk mba Eka 💕
Sudah baca kmrn tapi lupa komen, hihi
ReplyDeleteakhirnya yang ditunggu-tunggu keluar juga. Saya malam sblm tulisan ini di posting th baca cerita teh Eka yg ttg orangtuanya. Duh, sampe satu jam sendiri bacanya. mendalami banget emang story tellingnya.
Bisa jadi banyak ibu yang mengalami dilema seperti ini ya. Tapi, hidup harus terus berhenti begitupun jg mimpi kita. Ada bnyk mimpi, dan mimpi itu yg membuat kita hidup. Nggak jadi arsitek tapi jadi ilustrator juga merupakan hal keren lho teh. Teteh masih bisa mengembangkan kemmapuan diri serta memperluas pertemanan itu udah bonus luar biasa.
Semoga keenan suatu saat bisa menjadi penerus perjuangannya teh Eka nih. Peluuuk
Hihihi nggak apa-apa mba Ghina, komen saat sempat saja 🙈 eniho, saya jadi penasaran cerita mengenai orang tua mba Eka, nanti mau mampir ke blognya untuk baca 😍 hehe.
DeleteSaya rasa akan ada banyak ibu yang mengalami dilema serupa, perihal mimpi dan anak ~ dan setuju sama mba Ghina, saya pribadi suka buka blog mba Eka karena ada ilustrasi-ilustrasi menarik untuk dilihat 😁 seperti punya ciri khas, which is ilustrasinya juga merupakan hasil karya mba Eka 😍 hehehehe. Semangat untuk mba Eka, dan tentunya untuk mba Ghina 💕
dipuji kak eno idung saya terbang, hihihii....mamacih kak eno :)
Deletecerita yang kak ghina baca itu cerpen based on true story kak eno, judulnya "sekantong harapan bernama kebahagiaan",
saya sangat senang kalo kak eno bersedia membaca :)
Sama-sama, mba Eka 😍
DeleteSiap mba, ini saya lagi baca satu persatu new updates dari teman-teman bloggers di reading list saya 🙈 nanti pelan-pelan sambil berkunjung ke 'rumah' mba Eka 😆💕
Waaaa bagus banget tulisan Mbak Eka ya Mbak Eno 😍 Kirim peluk virtual buat Mbak Eka 😇😇😇😇
ReplyDeleteAku juga pernah merasakan melepaskan impian. Itu salah satu patah hati terbesar dalam hidupku. Hiks.
Tapi betul kata Mbak Eka. Ternyata banyak sekali hal lain yang diberi Tuhan kepadaku. Aku juga menemukan banyak hal baru untuk mengobati patah hatiku. Yang penting kita tetap semangat ya. Dunia belum berakhir di sini. Selalu ada pintu lain yang bisa dibuka di depan kita 😘😘😘
Terima kasih sudah baca, mba Kartika 😍
DeleteMemang melepas impian itu salah satu patah hati yang menyebalkan, tapi sama seperti yang mba Eka bilang, saya percaya setiap dari kita akan dihadapkan pada impian baru yang mungkin akan membuat kita jauh lebih bahagia 😁 tetap semangat mba Kartika dalam menjalani kehidupan 💕
Saya sangat mengerti, mengapa "the Architect" ini dipilih menjadi pemenang Paid Guest #1. Well, it definitely raises the bar on the next paid guest.
ReplyDeleteMbak Eka menyampaikan kegundahannya dan prioritas utamanya akan keluarganya dengan sangat apik. Menurut saya, usia tak pernah jadi halangan untuk mengejar cita-cita. Mbak Eka semangat terus untuk menjadi arsitektur landscape, saya yakin akan ada jalannya, selama semangat itu masih ada. Salut atas perjuangannya dan salam buat keluarganya
Terima kasih mas Cipu sudah luangkan waktu untuk baca 🙈
DeleteAgree mas, berapapun usia kita, kita tetap bisa kejar cita-cita kita ~ semoga one day akan ada jalannya. Dan kalau pun pada akhirnya nggak kesampaian, semoga pada mimpi-mimpi yang mba Eka punya sekarang, segala sesuatu menjadi lebih mudah untuk dilakukan 😍 hehehehe. Once again, thank you mas 😆
Mbaaa, aku sedikit ngilu ngebayangin yg pas pembukaan :(. Duuuh walopun aku udh 2x lahiran, tapi Cesar, tetep aja rasa sakit nya kebayang gimana.
ReplyDeleteTerharu loooh bacanya. Terutama kata2 trakhir mba. Kita boleh merencanakan apapun, sampe detil bahkan. Tapi terkadang Allah semua yang menentukan bisa tidaknya.
Selama pandemi ini, banyaaaak rencana ku yang berakhir gagal. Bahkan plan trakhir ingin mengajak mama ke Solo naik mobil, juga ga terlaksana, karena mama meninggal 11 Agustus kmrn.
Mungkin ini reminder, untuk ga ngoyo ato terlalu maksa jika membuat sesuatu. Krn jujur aku memang terlalu fokus kdg kalo udah membuat suatu plan. Bagus memang, tapi saat sesuatu membatalkan apa yg aku buat, aku bisa kecewa sampe berhari2. Di situ ga bagusnya. Seolah ga bisa trima kalo Allah-lah yang menentukan segala sesuatu :).
Thank you ceritanya mba Artjoka :).
Huhu sedih bacanya, turut berduka mba Fanny, semoga mama mba Fanny bisa dapat tempat terbaik di sisi-Nya 💕
DeleteIya mba, memang kita hanya bisa berencana, namun pada akhirnya Tuhan yang punya kendali atas segala rencana kita ~ termasuk rencana-rencana saya tahun 2020 ini pun banyak yang gagal. Nggak pernah terbayang oleh saya, kalau saya menjadi saksi sejarah Corona yang begitu besar dan hampir melumpuhkan ekonomi banyak negara 🤧
Semangat untuk kita, mba 💕
Bagus banget teh eka story tellingnya. Memang ikhlas itu ujian paling sering dan paling berat...
ReplyDeleteTerima kasih mba Iffia 💕
DeleteMengharukan sekali cerita Mbak Eka. Mata saya sampai berembun waktu membacanya.
ReplyDeleteTerima kasih mas Morishige 😬 (saya mewakili mba Eka)
DeleteDikasih link sama teh Eka di komen blogku, suruh baca ini...
ReplyDeletesedih juga ya, dan ya dari tulisan ini, hidupku yg random ini bukanlah apa-apa. random hidupku memang adalah cerita hidupku yg harusnya di embrace dan dimanfaatkan untuk masa kini dan masa depanku.
manusia emang hanya bisa berencana, tapi apapun yg terjadi, eventually it will be better, if we allow our self to just accepting.
Thank you kak Eno dan Teh Eka!
Wah mba Eka rajin bangettt hehehe 🙈
DeleteThank you Ady sudah baca tulisan mba Eka di blog saya 😁 -- by the way, semangat selalu untuk embrace masa kini dan masa depan 😍
It's okay kalau ada masa-masa randomnya, namapun hidup nggak selalu berjalan lancar dan sempurna. Yang penting tetap berusaha lebih baik dari hari sebelumnya 😆 hehehehehe.